IQNA melaporkan seperti dilansir sadra.or.id, pada Jumat, (29/10/21) Sadra International Institute gelar webinar mengenang Syekh Hassanzadeh Amuli. Syekh Hassanzadeh Amuli merupakan seorang pemikir polymath yang menguasai berbagai macam ilmu. Dapat dikatakan beliau merupakan ulama, filsuf, sufi, ahli matematika, kedokteran dan berbagai bidang ilmu lainnya. Pada kesempatan ini, webinar yang bertajuk "Mengenang Jejak Syekh Hassanzadeh Amuli: Sang Profesor Multidisiplin" menyajikan lima tema yang disampaikan oleh para pakar yang terkait erat dengan ulama besar yang kita kenang ini. Acara ini menghadirkan Prof. Dr. Abdul Majid Hakimelahi (Direktur ICC Jakarta) dan Prof. Dr. Hossein Mottaghi (Direktur Hikmat al-Mustafa) selaku keynote speaker, Adapun pemateri yang membedah jejak pemikiran ulama besar ini ialah Dr. Khalid al-Walid (Ketua STAI Sadra Jakarta), Ammar Fauzi, Ph.D (Ketua RIset STAI Sadra), dan Dr. Abdelaziz Abbacy (Direktur Sadra International Institute.)
Sambutan Prof. Dr. Hossein Mottaghi
"Allah memiliki Asmaulhusna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu..." (QS. Al-A'raf:180)
Ayatullah Hassanzadeh Amuli merupakan seorang pribadi mulia dan sangat sempurna dalam berbagai dimensi keilmuan. Saya mengawali dengan ayat di atas, karena sebagaimana kita tahu, bahwa setiap nama dari nama-nama itu memiliki makna dan manifestasi yang khusus. Semua nama-nama itu memberikan sebuah pesan kepada kita, bahwa di balik nama-nama itu tersimpan keesaan, kemuliaan, dan keagungan Allah swt. Dalam ayat itu juga menyiratkan bahwa Allah itu esa, dan bukan plural. Bahwa semua nama-nama sempurna ialah manifestasi Allah itu sendiri dan tercakup di dalam-Nya. Segala kebaikan dan kemahasempurnaan Allah, baik yang diistilahkan sebagai jamal (keindahan) ataupun jalal (keagungan), semuanya tersimpan pada nama Allah itu sendiri. Maka nama Allah adalah yang mengumpulkan semua nama-nama yang mulia itu, segala kesempurnaan, dan nama ini adalah yang paling agung. Di dalam al-Qur'an, Allah mengenalkan diri-Nya dengan nama-nama baik seperti Rahman, Rahim, Adl, Hakim, dan sebagainya, selain untuk mewakili kesempurnaan Allah, tetapi juga merupakan potensi yang ada pada diri manusia. Dengan kata lain, manusia memiliki potensi untuk bersifat dengan sifat Allah swt. Sejauh manusia mengaktualisasikan potensi-potensi yang didapatkan dari Allah, maka dia akan menggapai kebahagiaan dan kesempurnaan dirinya. Karena itu, para nabi dan imam adalah pribadi-pribadi yang telah berusaha sepanjang hidupnya untuk mengaktualisasikan segala kesempurnaan Tuhan yang ada pada diri mereka. Bahkan, idealnya yang disebut dengan manusia (insan) adalah mereka yang benar-benar telah menyempurnakan dan mengaktualisasikan dirinya dengan kesempurnaan-kesempurnaan yang telah diberikan Tuhan tersebut, yakni kesempurnaan-kesempurnaan yang awalnya merupakan potensi pada diri kita. Maka, sejauh mana kita mampu mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut, maka sejauh itulah kita layak untuk menggapai tingkat kemanusiaan yang sebenarnya. Ini adalah dua hal sebagai pengantar yang ingin saya sampaikan dalam rangka untuk menjelaskan kedudukan Almarhum Ayatullah Hassanzadeh Amuli.
Beliau adalah seorang yang hakim, seorang yang arif, dan beliau adalah simbol daripada al-Qur'an. Dengan kata lain, beliau adalah Qur'an berjalan di masa kita sekarang ini. Beliau menekankan pada murid-muridnya, khususnya di bidang irfan dan filsafat, untuk menjadi Qur'an yang berjalan. Hal itu tentu telah beliau gapai sehingga beliau mengajarkan murid-muridnya untuk sampai pada kedudukan tersebut. Kesempurnaan beliau dapat kita tinjau dari beberapa hal. Pertama, beliau merupakan seorang yang qur'ani. Kedua, beliau mengantarkan siapa pun untuk ingat kepada Tuhan. Beliau telah berhasil mengaktualisasikan berbagai nama-nama kebaikan dan sifat sempurna Tuhan, sehingga setiap orang yang melihatnya akan mengingat Tuhan.
Ketiga, bahwa beliau memiliki pandangan khusus tentang guru. Beliau meyakini (dan selalu beliau sampaikan) bahwa guru adalah sebuah jendela yang mengantarkan kita kepada lautan makrifat, lautan irfan. Karena itu, beliau selalu menekankan untuk selalu mendudukkan maqam seorang guru pada tempatnya, yaitu menghormati guru, dan menggabungkan diri dengan kesempurnaan seorang guru sehingga mampu untuk kemudian melebur dan menyelam di samudera makrifat. Dengan kata lain, beliau ingin mengatakan bahwa jika kita ingin mencapai kesempurnaan dan samudra makrifat, maka jalannya ialah menghormati kedudukan seorang guru dan menggabungkan diri dengannya. Tanpa itu, kita tidak akan bisa menggapai kesempurnaan-kesempurnaan itu, dan tertutuplah jalan untuk mencapainya.
Keempat, beliau adalah seorang yang telah meniti dan juga mengajarkan kepada kita untuk meniti tangga-tangga kesempurnaan itu melalui ilmu. Dengan ilmu itulah beliau mengajarkan kepada kita untuk menapaki satu per satu tangga-tangga kesempurnaan hingga sampai kepada maqam yang tinggi tersebut.
Kelima, beliau adalah seorang yang meyakini akan integrasi ilmu. Bahwa kesempurnaan itu akan digapai bila kita dapat menguasai berbagai disiplin ilmu, dan itu yang beliau tempuh sendiri. Hal ini dapat kita rasakan dari sejumlah karya-karya beliau yang berjumlah 200 lebih karya dalam berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu bahasa, matematika, tafsir, filsafat, geologi, irfan, fikih, astronomi, kedokteran dan sebagainya.
Maka dari itu, perlu kiranya Sadra International Institute dan STAI Sadra melengkapi berbagai karya yang ditulis oleh Syekh Hassanzadeh Amuli sehingga dapat kita nikmati bersama karya beliau, terutama bagi para peneliti dan pembelajar. (HRY)