“Industri pakaian di India telah berkembang dengan sambutan perempuan dari semua agama terhadap mode pakaian tersebut,” menurut IQNA, mengutip salaamgateway.com.
Dengan meningkatnya jumlah perempuan yang ingin memakai pakaian seperti itu, pemilik berbagai merek berusaha memenuhi kebutuhan pasar dengan membuka toko baru dan menjual secara online.
Sambutan di sektor ini berarti pelanggan dapat menemukan gaya dan selera pribadi mereka sendiri dalam berpakaian dan pada saat yang sama menjalankan aturan-aturan agama mereka. Perempuan Muslimah dapat memilih berbagai mode pakaian sesuai dengan hukum Islam, tetapi pakaian ini tidak hanya untuk perempuan Muslim; Perempuan pemeluk agama lain juga sering memilih memakai mode pakaian ini karena lebih nyaman dan menjaga martabatnya.
"Lebih dari 70% pelanggan kami di India adalah non-Muslim. Saat ini, semakin banyak orang yang mencoba pakaian," kata Nighat Ahmad, pendiri merek internasional House of THL.
Dia meluncurkan mereknya di Kanpur, India utara.
Ia menjual produknya di India serta ke pelanggan utama yang berbasis di UEA. Dia adalah salah satu dari lima desainer India yang hadir di situs web mewah Timur Tengah Ounass.ae dan toko 1422.
Dengan 180 juta Muslim, India memiliki populasi Muslim terbesar ketiga di dunia setelah Indonesia dan Pakistan, dan karenanya memiliki potensi besar untuk industri pakaian. (HRY)