Pemikiran dan keyakinan akan munculnya seorang juru selamat adalah sebuah fenomena yang diyakini oleh hampir seluruh ajaran Islam dan non Islam. Bahkan di dalam ajaran Ahlulbait as keyakinan akan seorang hujjah (Imam) sebagai penerus Rasulullah harus senantiasa eksis di atas muka bumi ini laksana gunung-gunung yang menjadi paku-paku bumi yang menjadi pengkokoh bagi bumi.
Dengan alasan ini, kita ingin menyesuaikan pemahaman tentang sebuah hadits yang menyatakan bahwa:
لولا الحجه لساخت الارض باهلها
Klo bukan karena keberadaan Hujjah (Imam) maka pasti bumi dan penduduknya akan tenggelam
Bagaimana keberadaan seorang Imam, dapat membuat ketenangan dan ketiadaannya akan membinasakan bumi?
Pertama: isi dan kandungan hadis ini hampir sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Allah dalam Alquran, dimana Allah menjelaskan bahwa keberadaan Nabi sebagai penghalang turunnya azab, Dia berfirman:
وَ مَا کَانَ اللهُ لِیُعَذِّبَهُمْ وَ اَنْتَ فیهِمْ
Dan tidaklah Allah akan menurunkan azab kepada mereka (Mengazab mereka) sementara engkau ada di antara mereka. (Q.S. Al-anfal, 33)
Ayat ini sekalilagi menjelaskan bahwa keberadaan Nabi dikategorikan sebagai keamanan bagi penduduk bumi, dan keberadaan hujjah atau imam juga diperkenalkan dengan cara yang sama, dengan demikian isi dari ayat dan hadits di atas ada keserupaan.
Dalam memberikan pemahaman dari ayat dan hadits di atas, Imam Ali as dalam kitab Nahjul balaghahnya memaparkan demikian bahwa:
«کان فی الارض امانان من عذاب الله و قد رفع احد همافدونکم الاخر فتمسکوابه اما الامان الذی رفع فهو رسول الله و اما الامان الباقی فالاستغفار قال الله تعالی و ما کان الله لیعذبهم و انت فیهم و ما کان الله معذبهم و هم یستغفرون»
Di bumi, ada dua keamanan yang menjaga kalian dari azab atau hukuman Allah SWT. Salah satunya telah diambil atau diangkat dan yang satunya masih ada, jadi ambil dan peganglah ia. Adapun keamanan yang diangkat adalah keberadaan Rasulullah, dan keamanan yang masih tersisa adalah seseorang yang memohon ampunan kepada Allah dan Tuhan tidak menghukum mereka, sementara mereka meminta pengampunan. (Nahjul Balaghah, kata-kata mutiara pendek Imam Ali, no 88)
Kedua: Ketika kita mengetahui bahwa yang dimaksud dengan “Hujjat” – menurut tafsir sebagian orang – adalah manusia yang sempurna, maka makna hadits tersebut akan terang dan jelas.
Penjelasan: Penciptaan dunia bukan tanpa tujuan. Dan tujuan penciptaannya adalah untuk mendidik manusia di jalan kesempurnaan untuk mencapai kedudukan manusia yang tinggi melalui ilmu dan memperoleh kebajikan moral. Jika orang lain mendapat manfaat dari anugerah kehidupan, karena orang yang sempurna inilah dunia ini berputar dan bergerak untuknya. Jika suatu saat - dengan asumsi bahwa tidak ada manusia yang sempurna di antara masyarakat manusia, maka keberadaan manusia di bumi pasti akan sia-sia. Dan ruang suci Tuhan Yang Maha Esa penuh dengan tindakan yang tidak bijaksana. Mengapa demikian, ya karena manusia seperti Rasulullah sudah tidak ada di tengah-tengah kita, maka keberadaan seseorang yang sempurna seperti beliau harus ada dan hadir di tengah-tengah kita sebagai pengaman dan pelindung bumi agar tidak tenggaelam.
Seorang tukang kebun menyirami taman yang luas karena pohon yang bermanfaat dan memiliki batang yang kokoh, dan pada saat yang sama, ilalang juga menyerap airnya. Tetapi jika pohon seperti itu kering, tukang kebun itu juga memutus airnya. Otoritas dan hujjah Tuhan di bumi ini bagaikan pohon tersebut, yang karena itu manusia secara menyeluruh dapat mencapai apa yang mereka inginkan.
Jadi, dengan penjelasan ini dengan memperhatikan dua hadits dan satu ayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa keberadaan seorang hujjah atau Imam yang posisinya sama dengan Rasulullah, maka dua hal yang dapat menjadi pengaman bumi, keberadaan insan kamil dan mereka yang senantiasa beristigfar akan senantiasa menjaga bumi hingga tidak hancur dan tenggelam. (HRY)