Ia menegaskan bahwa rakyat Gaza telah menanggung apa yang tak sanggup ditanggung oleh satu umat sekalipun, dan bahwa kata-kata tak lagi mampu menggambarkan besarnya pengorbanan mereka.
“Kalian tetap mulia ketika segalanya runtuh, dan kalian menjulang ketika dunia terjatuh dalam gelapnya diam dan pengkhianatan,” ujarnya. “Jeritan dan penderitaan kalian adalah amanah di pundak kami, dan kami tak akan menyia-nyiakannya.”
“Negosiasi Tak Bermakna di Tengah Genosida”
Al-Hayya mengecam proses negosiasi yang terus berlanjut sementara rakyat Gaza masih dibunuh, diblokade, dan dilanda kelaparan.
“Tak ada arti melanjutkan negosiasi di tengah pembantaian, kelaparan, dan pengepungan atas anak-anak dan perempuan kami,” tegasnya. “Masuknya bantuan pangan dan kemanusiaan secara langsung dan bermartabat adalah satu-satunya bukti nyata bahwa negosiasi masih berarti.”
Ia juga menegaskan bahwa darah anak-anak Gaza tidak boleh dijadikan alat tawar-menawar untuk tujuan politik Israel.
Keberhasilan Perlawanan dan Gagalnya Operasi Israel
Pemimpin Hamas ini menegaskan bahwa faksi-faksi perlawanan, khususnya Brigade al-Qassam dan Brigade al-Quds, telah melakukan operasi heroik yang melampaui segala perhitungan dan mengejutkan dunia.
Ia menyebut kegagalan kampanye militer “Arabat Gideon” akibat Operasi “Batu Daud”, dan menyatakan bahwa kepala staf militer Israel kini memohon izin untuk menarik pasukan dari Gaza, sambil menutupi kegagalannya dengan genosida.
Hamas: Telah Ajukan Semua Fleksibilitas yang Mungkin
Al-Hayya menegaskan bahwa selama 22 bulan terakhir, kepemimpinan perlawanan telah memanfaatkan semua jalur dan hubungan diplomatik untuk menghentikan agresi terhadap Gaza.
Ia menyatakan bahwa Hamas telah menunjukkan fleksibilitas besar dalam negosiasi, dengan tetap menjaga prinsip-prinsip nasional, dan menanggapi positif semua inisiatif dari para mediator.
Manuver AS-Israel untuk Habiskan Waktu
Ia mengungkapkan bahwa Israel tiba-tiba menarik diri dari pembicaraan meski sebelumnya telah memberikan respons positif, dan utusan AS untuk Timur Tengah pun mendukung langkah tersebut.
“Langkah ini jelas bertujuan menghabiskan waktu, memperpanjang genosida, dan memperlemah mekanisme bantuan kemanusiaan,” ujarnya.
Ia juga memperingatkan bahwa Israel berupaya mengambil alih sebagian besar wilayah Rafah untuk dijadikan zona penyangga, demi memuluskan rencana pengusiran paksa rakyat Palestina melalui Mesir atau laut.
Penolakan terhadap Sandiwara Bantuan Udara
Al-Hayya mengecam “sandiwara bantuan udara” yang disebutnya tak lebih dari alat propaganda untuk menutupi kejahatan nyata.
“Lima operasi bantuan udara tak setara dengan satu truk kecil,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa solusi nyata adalah membuka perlintasan dan mengizinkan bantuan masuk secara bermartabat, sebagaimana dijamin oleh hukum internasional bahkan di masa perang.
Pesan untuk Umat Arab dan Islam
Dalam pesannya kepada dunia Arab dan Islam, Al-Hayya mengungkapkan kekecewaan mendalam atas kondisi ditinggalkannya rakyat Palestina.“Rakyat kami merasakan pengkhianatan yang mendalam di tengah pembantaian dan kelaparan yang melampaui batas nalar….Rakyat kami tidak mengerti bagaimana umat ini bisa diam dan tak mampu menghentikan kelaparan dan genosida. Bukankah sudah saatnya untuk bergerak dan secara nyata mematahkan blokade? Betapa menyakitkan ketika penjajah mendapat dukungan tanpa batas, sementara tak ada tangan yang terulur untuk membantu rakyat kami — bahkan sekadar makanan dan kebutuhan dasar,” ujarnya.
Ia menyerukan pemutusan semua bentuk hubungan dengan rezim Zionis, dan mendorong seluruh komponen umat untuk menyuarakan kemarahan mereka dengan segala cara.
Ajakan untuk Bangkit Bela Palestina
Al-Hayya mengajak rakyat di negara-negara sekitar Palestina untuk berbaris menuju tanah Palestina lewat darat dan laut, mengepung kedutaan Zionis, serta memperkuat boikot ekonomi dan wisata terhadap entitas penjajah.
“Palestina memanggil kalian. Gaza dan rakyatnya menunggu kehormatan Arab dan keaslian Islam kalian,” ujarnya. “Diam hari ini bukan kelemahan — tapi kejahatan.”
Ajakan kepada Ulama dan Kaum Merdeka
Ia juga menyeru para ulama dan tokoh kebebasan: “Apakah kalian tak mendengar jeritan para wanita Gaza yang meminta pertolongan?!”
“Musuh kriminal ini terus menebar pembunuhan dan penghinaan. Tanggung jawab di pundak para ulama sangat besar — kini saatnya memimpin umat menghadapi rezim penjajah.”
Pesan Khusus untuk Yordania dan Mesir
Kepada Yordania, ia menyampaikan harapan rakyat Gaza bahwa negeri itu akan terus bangkit dan membela Palestina sebagaimana yang telah dilakukan para syuhada mereka di perbatasan.
Kepada Mesir, ia bertanya: “Apakah kalian akan membiarkan saudara kalian mati kelaparan di perbatasan kalian? Apakah Rafah akan terus menjadi pintu kematian, bukan lagi nadi kehidupan?”
Ia menyampaikan harapan besar agar Mesir mengambil sikap tegas: “Gaza tidak akan mati kelaparan.”
Sambutan atas Dukungan dari Yaman dan Dunia
Al-Hayya tidak lupa menyambut dukungan rakyat dan militer dari Yaman serta berbagai inisiatif global, seperti kapal Madeleine dan Handala, serta konvoi darat dari Tunisia, Aljazair, dan Libya.
“Mereka menolak kejahatan penjajah dan memutuskan untuk melawan ketidakberdayaan. Mereka datang berkata: kami bersamamu, Gaza — dan tak ada yang mustahil dengan kemauan.” (ARN)
Sumber: