Dalam empat kasus Alquran, pokok bahasan Taklim dan Tarbiah disebutkan bersama-sama sebagai tujuan diutusnya nabi. Dalam tiga kasus, pendidikan dan tazkiah didahulukan dari taklim (QS. Al-Baqarah: 151; QS. Ali Imran: 164; QS. Jum’ah: 2) dan hanya pada surah Al-Baqarah ayat 129, taklim didahulukan dari tarbiah dan tazkiah.
Rahasia pengedepanan tazkiah dalam ayat-ayat tersebut adalah bahwa tazkiah dan tarbiah adalah sebab akhir untuk risalah dan sebab utama didahulukan dalam niat dan gambaran, namun karena dalam praktik dan wujud lahiriah, persoalan taklim didahulukan dari tarbiah, maka dalam ayat ini taklim dikedepankan penjelasannya.
Kemungkinan tarbiah
Cara tarbiah/mendidik jiwa dan memurnikan akhlak hanya melalui perjuangan dan usaha, dan jika seseorang tidak berusaha maka ia tidak akan mampu menjinakkan jiwanya yang memberontak. Beberapa binaragawan yang menghabiskan waktu mereka dalam kemalasan dan melarikan diri dari jihad dengan jiwa, percaya bahwa reformasi moral tidak mungkin dan bahwa hal-hal alamiah pada prinsipnya tidak dapat diubah, dan mereka berpendapat dua hal untuk membuktikan gagasan salah ini:
1- Akhlak adalah bentuk batin; sebagaimana ciptaan adalah bentuk lahiriah, dan sebagaimana ciptaan lahiriah tidak dapat diubah, demikian pula akhlak, yang merupakan ciptaan batiniah, tidak dapat diubah.
2- Akhlak yang baik tercapai apabila seseorang dapat menghilangkan amarah, hawa nafsu, keduniawian dan sejenisnya secara tuntas, dan hal tersebut tidak mungkin dilakukan, dan melakukan pekerjaan tersebut adalah suatu pemborosan hidup dan percuma.
Menanggapi kelompok ini, patut dikatakan: Jika akhlak tidak dapat diubah dan ditransformasikan, maka seluruh perintah peringatan dan bimbingan yang diberikan oleh para pemuka agama akan sia-sia. Selain itu, Allah tidak berfirman:
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Bagaimana mereka percaya bahwa manusia tidak bisa ditarbiah, padahal hewan liar dididik ketika bergaul dengan manusia, seperti rusa dan anjing yang dilatih dan berburu, dan hewan yang jinak menjadi jinak dan patuh akibat dididik.
* Diambil dari buku “Roh-e Rushd” yang ditulis oleh Ayatullah Mohsen Qaraati (HRY)