Menurut Iqna, mengutip kantor berita Pameran Buku Internasional Teheran ke-35, launching buku "Membaca Dokumen Baha'i" yang diterjemahkan oleh Maryam Safieddin dari buku "Qiraah fi Watsaiq al-Bahaiyyah" yang ditulis oleh "Aisyah Abdul Rahman" diselenggarakan pada pada hari Jumat, 17 Mei dengan kehadiran Abdul Hossein Fakhari dan Mehdi Habibi di Pojok Kritik.
Abdul Hossein Fakhari, pakar dalam bidang studi Baha'i, mengatakan bahwa pameran buku merupakan tempat lahirnya ilmu pengetahuan dan tempat menambah ilmu pengetahuan. “Aisyah Abdul Rahman yang tersohor dengan Binti al-Syathi’ penulis buku Membaca Dokumen Baha'i" adalah salah satu mufasir dan penulis besar Mesir,” ucapnya.
Ia menambahkan: "Bint al-Syathi’" merasa masyarakat Mesir tidak mengetahui gerakan Baha'i dan menganggap masalah ini sebagai sebuah krisis. Ia selalu berpikir bahwa sunnah Ilahi terulang sepanjang sejarah, dan akhirnya ia mampu menulis buku ini dengan 230 buku yang dibacanya, karena krisis tidak dikenalnya Baha'i di kalangan masyarakat sangat penting baginya. Persoalan Baha'i menjadi penting karena kelompok Baha'i menembus jauh ke dalam masyarakat dengan kedok untuk mengeluarkan masyarakat dari agamanya dan mendorong mereka kepada keyakinan Baha'i.
Guru besar studi Baha'i ini mengatakan tentang pentingnya Mesir bagi umat Baha'i: “Permasalahan Baha'i di Mesir berkepanjangan karena 2 kasus pengadilan yang ditangani Kementerian Keamanan Mesir. Penganut Baha'i percaya bahwa masa penggunaan Islam telah berakhir dan Mesir telah lama peka terhadap Baha'isme,” ucapnya.
Tentang Baha'i, Fakhari mengatakan: “Menurut fatwa yang dikeluarkan bertahun-tahun yang lalu, Baha'i tidak termasuk salah satu sekte Islam, dan mereka yang condong ke Baha'i adalah murtad.”
Adanya musuh bersama menyebabkan persatuan
Menyatakan adanya musuh bersama menyebabkan persatuan, Habibi mengatakan: “Ketika kita melihat musuh bersama Sunni, Syiah, dan Kristen adalah sama, maka kita bersatu dan melawan mereka.” Bab kedua buku ini merupakan bagian utama dan membahas tentang Baha'i dan invasi intelektual. Dalam bab ini, penulis mengatakan bahwa niat Baha'i adalah untuk merambah ke kalangan umat Islam. Cara dakwah Baha'i sedikit berbeda dan mereka datang ke kalangan Muslim dan mengatakan bahwa kami hanya punya satu perbedaan dengan Anda dan mereka mencoba untuk lebih dekat dengan Muslim dengan kesamaan palsu. (HRY)