Menurut Iqna mengutip Organisasi Kebudayaan dan Komunikasi Islam, dalam acara yang diadakan untuk mengenang para syuhada perlawanan ini, bekerja sama dengan Rumah Kebudayaan Iran di Islamabad, Rawalpindi, lebih dari 40 qari Alquran dengan kehadiran antusias dalam dua kelompok umur di bawah dan di atas 16 tahun itu saling berkompetisi satu sama lain, dalam dua bagian laki-laki dan perempuan.
Dalam musabaqoh ini, juri internasional mengidentifikasi yang terbaik di setiap bagian dengan evaluasi yang cermat, dan pada akhirnya, sertifikat penghargaan dan hadiah uang tunai diberikan kepada para qari terbaik.
Pada bagian pertama, para qari dan penghafal berusia 10 hingga 16 tahun memperagakan seni qiraat mereka di hadapan peserta dan juri. Pada bagian kedua, qari dan hafiz dalam kelompok usia 16 hingga 30 tahun membacakan ayat suci Alquran dan memeriahkan suasana acara dengan suaranya yang merdu. Pembagian usia ini memungkinkan para peserta untuk menunjukkan kemampuannya di berbagai tingkatan.
Pada bagian dewasa (di atas 16 tahun), Mohammad Salman Waheed meraih juara pertama dengan nilai tinggi, Mohammad Dawood meraih juara kedua, dan Mohammad Shafiq meraih juara ketiga. Pada kategori remaja (10 hingga 16 tahun), Mohammad Hammad terpilih sebagai qari terbaik, Huzaifeh di peringkat kedua, dan Ahmad Reza di peringkat ketiga. Pada bagian perempuan, Tahereh Batoul menjadi juara pertama, Asma menjadi juara kedua, dan Hasina Zahid meraih peringkat ketiga.
Perlawanan Islam bersumber dari ajaran Alquran yang mendalam.
Di penghujung acara qiraat Alquran, para juri dan penghafal terbaik serta peserta lainnya diberikan penghargaan.
Di sela-sela musabaqoh Alquran tersebut, diadakan pula pameran foto-foto warga Palestina yang bertujuan untuk menunjukkan keteraniayaan masyarakat negeri ini dan mengutuk kejahatan anti kemanusiaan yang dilakukan rezim Zionis. (HRY)