Dalam pernyataan persnya, Al-Houthi menjelaskan bahwa “Trump mendahului publikasi itu dengan memalsukan deskripsi kejadian, serta mempromosikannya sebagai sebuah ‘prestasi’, dengan tujuan membungkam para perwira dan pejabat Pentagon serta pihak lain yang menentang dan meremehkan keberhasilan agresi AS terhadap Yaman.”
Ia menekankan bahwa “gaya Trump yang terang-terangan ini merupakan bukti kegagalan intelijen Amerika Serikat”, sambil menyatakan bahwa “penargetan terhadap kerumunan dalam perayaan Idulfitri adalah bukti nyata dari terorisme Amerika.” Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut adalah kejahatan teroris yang keji, dan hanya akan menambah catatan aib dan kehinaan bagi Trump.
Al-Houthi menambahkan, “Apa yang dilakukan Amerika, berupa pengeboman dan penargetan terhadap fasilitas sipil serta lainnya di Yaman, merupakan kejahatan perang yang tidak bisa dibenarkan dalam bentuk apa pun, dan merupakan aksi terorisme.” Ia juga menyatakan bahwa agresi AS terhadap Yaman adalah kejahatan yang dimaksudkan untuk mendukung kejahatan genosida yang dilakukan oleh Israel di Gaza. “Ini menunjukkan kesamaan hati mereka, sehingga tindakan ilegal mereka pun serupa,” ujarnya.
Di akhir pernyataannya, Mohammed Ali Al-Houthi menegaskan bahwa “kejahatan-kejahatan Amerika tidak akan menghentikan rakyat Yaman dan pasukan bersenjatanya dari terus memberikan dukungan kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza, serta meningkatkan perlawanan terhadap musuh Zionis dan para pendukungnya dari Amerika dan Barat.” (HRY)
Sumber: arrahmahnews.com