Menurut Iqna mengutip maspero.eg, Ahmed al-Tayeb, Syekh Al-Azhar, menyatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis 25 Mei: “Gambar seorang ibu yang tangguh ini menerima jenazah anak-anaknya yang terbakar saat menjalankan misi kemanusiaan di Nasser Medical Center menyakiti hati nurani dunia, dan kebungkaman dalam menghadapinya mengungkap keterlibatan beberapa rezim dunia dalam mendukung penjajah Israel untuk melanjutkan kejahatan dan pembunuhan mereka tanpa sedikit pun rasa kemanusiaan atau rasa malu terhadap sejarah”.
“Kebiadaban ini tidak akan memadamkan api kebenaran, tidak akan melemahkan hak-hak rakyat Palestina, dan tidak akan menghalangi mereka untuk mempertahankan tanah mereka. Orang-orang bebas di dunia tidak akan pernah melupakan dimensi kekejaman dan ketidakadilan yang brutal ini,” tegasnya.
Sebagai penutup, Syekh Al-Azhar memohon kepada Allah swt agar memberikan rahmat dan derajat yang tinggi bagi para syuhada dalam peristiwa ini. Ia juga memohon kepada Allah agar memberikan kedamaian dan pahala yang melimpah kepada kedua orang tua mereka.
Berita tentang gugurnya sembilan anak seorang dokter Palestina di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, yang terletak di Jalur Gaza bagian selatan, merupakan salah satu berita menyakitkan mengenai penderitaan yang tak terbayangkan yang dialami rakyat jalur ini di bawah bayang-bayang perang genosida rezim pendudukan selama hampir dua tahun terhadap mereka, di tengah bungkamnya masyarakat internasional yang memalukan.
9 Tawa yang Tiba-tiba Berhenti
Pada Jumat malam (24 Mei), dalam sekejap, jenazah sembilan bersaudara, anak-anak dr. Alaa Al-Najjar dan dr. Hamdi Al-Najjar, dua dokter Palestina yang berdedikasi tinggi, yang seperti semua dokter di Gaza, memenuhi tanggung jawab mereka untuk merawat yang terluka dan sakit dalam kondisi yang paling sulit, tiba di Rumah Sakit Nasser, tempat ibu mereka merawat yang terluka.
Dokter Palestina yang berbakti ini, seorang ibu dengan 10 orang anak, menghampiri jenazah anak-anak yang terbakar yang baru saja memasuki ruang gawat darurat dengan langkah gemetar, menyingkap kain yang menutupi tubuh mereka, dan terkesiap sambil berteriak, "Ini Yahya, anakku." Ia kemudian berlari ke arah jenazah lainnya dan mencoba mengenali wajah anak-anaknya yang telah terbakar habis akibat pengeboman itu. Dari sanalah ia menyadari besarnya musibah itu dan memanggil anak-anaknya yang menjadi harapan hidupnya satu per satu: “Rakan, Ruslan, Jubran, Eve, Revan, Sayden, Luqman, dan Sidra”.
Peristiwa mengerikan yang menimpa dr. Alaa Al-Najjar, dokter spesialis anak di RS Tahrir, Kompleks Medis Nasser, menuai kecaman dari warganet dan aktivis hak asasi manusia. Mereka mengatakan, "Apa yang kita saksikan di Gaza bukanlah adegan dalam film sedih, melainkan kenyataan pahit yang terulang setiap hari." (HRY)