Menurut Iqna, acara pemakaman yang megah untuk jenazah para panglima militer, ilmuwan terkemuka, dan para syuhada tingkat tinggi lainnya yang gugur dalam agresi kriminal rezim Zionis di wilayah Republik Islam Iran telah digelar Sabtu pagi kemarin, 28 Juni, dihadiri oleh masyarakat pecinta syuhada di Teheran, mulai dari Lapangan Revolusi Islam hingga Lapangan Azadi.
Acara resmi dimulai pada pukul 08.00 diawali dengan pembacaan ayat 38 surah Al-Haji:
إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sangat khianat lagi sangat kufur”.
Jenazah 60 syuhada, termasuk 4 anak-anak, 4 wanita, komandan militer, ilmuwan nuklir, dan anggota media, dimakamkan dalam acara ini.
Sejak dini hari, lapangan Revolusi Islam menyaksikan kehadiran massa yang antusias yang terinspirasi oleh semangat Huseini dan bendera merah "Labbaik Ya Husein (as)." Surat-surat tulisan tangan yang berisi slogan-slogan anti-Zionis dan anti-Amerika merupakan simbol kemarahan dan kesedihan yang terpendam yang telah terpendam di hati masyarakat Muslim setelah kekejaman baru-baru ini, terutama selama perang 12 hari Front Perlawanan dengan rezim pendudukan di Yerusalem.
Semboyan yang menggema “Mampus Israel” dan “Mampus Amerika” bergema dalam pertemuan ini, menunjukkan tekad teguh bangsa Iran untuk melawan kesombongan dan mendukung perlawanan. Acara ini merupakan simbol persatuan nasional yang tak tertandingi yang akan tetap abadi dalam sejarah bangsa ini.
Sebagai bagian dari acara ini, Ahmad Abolghasemi, qari internasional, melantunkan ayat-ayat Alquran. Kemudian, Saeed Haddadian, madah Ahlulbait (AS), membacakan puisi epik dan menanggapi pernyataan berlebihan Trump baru-baru ini terhadap Pemimpin Tertinggi dalam bentuk puisi.
Gambaran yang menyayat hati dan menyedihkan dari peti jenazah anak-anak muda yang menjadi syahid pada acara pemakaman megah para syuhada kejahatan rezim pendudukan Quds di Teheran, menyentuh hati. Adegan-adegan ini menjadi pengingat akan kekejaman dan kejahatan rezim Zionis terhadap orang-orang yang tidak berdaya, terutama anak-anak yang tidak bersalah. Kehadiran masyarakat yang antusias dalam acara ini menunjukkan simpati dan dukungan mereka terhadap keluarga yang berduka dan tekad kuat bangsa Iran dalam memerangi penindasan dan kesombongan.
Masyarakat memegang gambar para komandan yang mati syahid di tangan mereka dan menggambarkan keberanian, pengorbanan, dan dedikasi para pahlawan ini. Para komandan ini mengorbankan nyawa mereka untuk membela tanah air Islam dan cita-cita revolusi, dan nama mereka menjadi abadi dalam sejarah negeri ini.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, juga menghadiri acara pemakaman para syuhada kebanggaan nasional di Lapangan Revolusi bersama rakyat.
Mohammad Baqer Qalibaf; Ketua Majelis Permusyawaratan Islam, Hujjatul Islam Gholamhossein Mohseni Ejei; Kepala Badan Kehakiman, Mohammad Mokhbar; Asisten Khusus Pemimpin Tertinggi, Seyed Abbas Araqchi; Menteri Luar Negeri Brigjen Esmail Qaani; Komandan Pasukan Quds IRGC, Eskandar Momeni; Menteri Dalam Negeri, Laksamana Ali Shamkhani; Mantan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, Mohammad Javad Zarif; Mantan Menteri Luar Negeri, Parviz Fattah; Ketua Komite Bantuan Imam Khomeini, Ali Montazeri; Kepala Jihad Akademik, Hossein Simaei Sarraf; Menteri Sains, Riset dan Teknologi, dan Sattar Hashemi, Menteri Komunikasi dan Informatika, termasuk di antara pejabat yang hadir pada acara tersebut.
Salah satu hal yang istimewa dan menggugah pikiran dalam acara pemakaman para syuhada adalah kehadiran anak-anak dan remaja yang turut serta dalam acara spiritual ini bersama keluarga. Kehadiran ini merupakan simbol pewarisan nilai-nilai pengorbanan, keberanian, dan perlawanan kepada generasi penerus. Dengan melihat adegan-adegan tersebut, anak-anak dan remaja menjadi akrab dengan budaya kesyahidan dan pengorbanan serta menumbuhkan jiwa anti arogansi dan bela tanah air.
Acara pemakaman "Para Syuhada Kebanggaan Iran" harus benar-benar dilihat sebagai manifestasi "Hari Allah" lainnya dalam kalender sejarah Revolusi Islam, yang dapat dievaluasi setara dengan operasi "True Promise III" yang sukses dan merupakan bukti ikatan yang tak terpatahkan antara bangsa yang tangguh dan teguh ini dengan para syuhada.
Acara nasional dan keagamaan ini merupakan kesempatan bagi bangsa Iran untuk memperbarui janjinya dengan kehadirannya yang luar biasa terhadap cita-cita para syuhada tingkat tinggi dan untuk mengirim pesan yang jelas kepada musuh-musuh bangsa Iran: Iran hidup dengan darah para syuhada dan jalan perlawanan tidak akan pernah berhenti. (HRY)
4291247