Dari Russell Square hingga Whitehall, jalanan berubah menjadi lautan bendera, plakat, dan nyanyian yang menyerukan gencatan senjata permanen, diakhirinya pengepungan Israel, dan pertanggungjawaban atas kejahatan perang yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.
Skala protes yang begitu besar, membentang sejauh mata memandang, mencerminkan rasa urgensi dan kemarahan yang mendalam atas kehancuran yang terus berlanjut di Gaza, di mana seluruh menara hunian telah hancur, meninggalkan banyak keluarga kehilangan tempat tinggal, trauma, dan berduka. Para demonstran mengadakan doa bersama, membawa nama-nama korban tewas, dan berdiri dalam hening yang bergema lebih keras daripada kata-kata. Yang lain mewarnai jalanan dengan seni dan warna, menolak membiarkan penderitaan Gaza terhapus dari ingatan global.
Ben Gamal dari Palestine Solidarity Campaign berkomentar di awal pawai, “Kami di Russell Square. Kami bersiap untuk berunjuk rasa untuk ke-30 kalinya sejak Israel melancarkan genosida terhadap rakyat Palestina. Kami berunjuk rasa di saat gerakan solidaritas global, gerakan boikot, divestasi, dan sanksi, telah membuat Israel semakin terisolasi daripada sebelumnya dalam sejarahnya. Namun, pemerintah kami tetap berkomitmen untuk tidak hanya terlibat dalam genosida ini, tetapi juga berpartisipasi aktif.”
Lindsey German dari Koalisi Hentikan Perang menambahkan: “Apa yang tidak dipahami pemerintah ini tentang genosida ini? Mengapa pemerintah ini menganggap tidak apa-apa jika Presiden Israel Isaac Herzog bertemu para menteri pada hari Kamis? Seharusnya ia ditangkap, tetapi justru orang-orang ditangkap di Lapangan Parlemen hari ini karena memprotes genosida”.
Faris Amer, yang berbicara atas nama PFB, menyampaikan pidato yang kuat di depan khalayak ramai, ia menyinggung situasi di Gaza dan keheningan yang memekakkan telinga di komunitas internasional, “Hari ini dan kemarin, kita menyaksikan tentara teroris Israel memusnahkan seluruh lingkungan di Gaza, meratakan menara-menara dan blok-blok perumahan di Gaza, hanya karena orang-orang Gaza menolak untuk menyerah pada kehidupan, jadi Israel ingin mencuri kebutuhan pokok mereka, meninggalkan warga Gaza tanpa makanan, air, rumah, atau bahkan kenangan untuk hidup”.
Dr. Ghassan Abu Sitta, seorang saksi mata dan penyintas genosida, juga menyampaikan pidato yang mengharukan. Ia menyatakan: “Saat kita berdiri di sini, bom-bom masih berjatuhan di atas kepala anak-anak Gaza.
Makanan masih menumpuk di perbatasan, dihentikan oleh Israel. Menanggapi kejahatan genosida yang terus-menerus dan keji itu, pemimpin penjahat perang di Downing Street memutuskan untuk menyambut Presiden Negara Israel yang melakukan genosida.
Seolah-olah semua darah Palestina yang telah mengalir tidak cukup baginya untuk menyatakan dukungannya terhadap kultus maut Zionis. Ia ingin menegaskan bahwa bahkan sekarang, ketika solusi akhir sedang berlangsung di Gaza, ia menegaskan kembali dukungannya yang tak pernah padam terhadap mesin genosida ini. Kier Starmer terikat erat dengan genosida ini, sama seperti Netanyahu dan Ben Gvir terikat erat dengan genosida ini”.
Pawai ini menyatukan suara dari seluruh lapisan masyarakat. Organisasi mitra turut hadir, termasuk anggota parlemen Jeremy Corbyn, Zarah Sultana, dan Apsana Begum, serta para pemimpin serikat pekerja Jo Grady dan Sarah Kilpatrick, Presiden Serikat Pendidikan Nasional.
Dari garda terdepan medis, hadir kesaksian Dr. Ghassan Abu-Sitta, sementara Mary Mason, Taj Ali, Nick Maynard, Ibrahim Khadra, Husam Zomlot, Emily Stevenson, dan Dr. Anas al-Tikriti menjadi pengingat kuat akan luasnya solidaritas yang mencakup berbagai generasi, agama, dan komunitas.
Protes tersebut merupakan bagian dari mobilisasi global yang melanda berbagai benua, dari Paris hingga Johannesburg, dari New York hingga Kuala Lumpur, di mana jutaan orang turun ke jalan bersatu dengan satu tuntutan: hentikan genosida, akhiri pengepungan, dan tegakkan keadilan bagi Palestina.
Para penyelenggara mengatakan hari ini bukan sekadar pawai, melainkan sebuah deklarasi tekad, penolakan untuk diam dalam menghadapi penindasan. Sebagaimana diingatkan oleh seorang pembicara kepada massa, diam adalah bentuk keterlibatan, dan sejarah akan mengingat di mana dunia berdiri saat Gaza terbakar.
Aliansi Global untuk Palestina telah menyerukan aksi internasional yang berkelanjutan dan terkoordinasi untuk terus menekan pemerintah dan lembaga yang mendukung pendudukan.
Para penyelenggara gerakan menekankan bahwa perjuangan tidak berakhir di sini. Apa yang terjadi di jalanan London hari ini merupakan secercah gelombang kesadaran yang meningkat, sebuah kebangkitan orang-orang yang menolak menerima genosida sebagai harga politik.
Pemandangan lebih dari 300.000 orang berbaris melalui London mengirimkan pesan yang jelas dan tidak ambigu: rakyat Inggris mendukung Gaza, mereka mendukung Palestina, dan mereka tidak akan menyerah sampai kebebasan dan keadilan terwujud. (HRY)
Sumber: arrahmahnews.com