Adnan Abdullah Junaid, seorang penulis dan analis Yaman, berbicara kepada IQNA pada kesempatan peringatan pertama kesyahidan Sayyid Hasan Nasrullah, almarhum Sekretaris Jenderal Hizbullah, tentang peran dan posisi syahid ini dalam poros perlawanan.
Berikut detail percakapannya:
Iqna - Apa saja ciri dan karakteristik yang membedakan madrasah Nasrullah dan membawanya pada pengaruh di hati orang-orang merdeka di dunia?
Madrasah pemimpin yang syahid ini tak lain merupakan perpanjangan dari pohon cahaya Muhammadi dan Alawi. Ia belajar dari madrasah para nabi besar Allah dan madrasah Imam Husain (as), sebagai pemimpin yang inspiratif, bagaimana meraih kemenangan dari lubuk hati mereka yang kalah. Ia mengubah perlawanan dari sebuah ide menjadi sebuah masyarakat, dan dari masyarakat menjadi sebuah bangsa yang berdiri tegak. Kepemimpinannya ditandai oleh ciri-ciri yang mendekati mukjizat. Ciri-ciri tersebut adalah:
Pencipta Negara Tersembunyi: Dia membangun negara perlawanan kecil; mengubah Hizbullah menjadi sistem militer yang terorganisasi dengan baik dan jaringan layanan sosial yang luas; dan mengubah loyalitas lokal dan nasional menjadi aset strategis permanen.
Iqna - Bagaimana analisis Anda tentang masa depan perlawanan di Lebanon dan kawasan setelah kesyahidan Sayyid Hasan Nasrullah?
Bagi kami, syahadah bukanlah akhir dari perjalanan; melainkan, benih yang akan dikubur oleh musuh dan akan dikejutkan oleh banyak pejuang perlawanan. Jasadnya yang suci lenyap, ketidakhadirannya melengkapi keajaibannya. Darahnya menjadi kode yang diwariskan dari generasi ke generasi, yang mengobarkan semangat balas dendam dan kemenangan.
Salah satu prioritas Syahid Nasrullah, selain jihad dan perlawanan, adalah keakrabannya dengan Alquran. Sejauh mana keputusannya diilhami oleh pengetahuan Alquran?
Ia adalah Alquran yang berbicara. Ia mendasarkan keputusannya pada pemahaman firman Allah swt: "Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda" (QS. Al-Anfal: 60), dan ia mengubah power menjadi sebuah doktrin. Ia juga diilhami oleh firman Allah: "Oleh sebab itu, siapa yang menyerang kamu, seranglah setimpal dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa" (QS. Al-Baqarah: 194), dan ia mengubah pembalasan menjadi perhitungan militer yang tepat.
Ia memadukan otoritas agama dengan realisme politik dan mengubah ayat-ayat jihad menjadi rencana-rencana militer. Pembentukan perlawanan yang ia lakukan merupakan perwujudan praktis dari janji kemenangan ilahi bagi orang-orang yang sabar.
Ceritakan tentang cintanya yang mendalam kepada Sayyid Abdul Malik Al-Houthi?
Cinta ini adalah cinta jiwa-jiwa yang bertemu di tangga wilayah sebelum bertemu di bumi.
Sayyid Hasan memandang dengan mata batin Qurani dan berharap ia menjadi seorang prajurit di bawah panji pemimpin Yaman yang berani. Sayyid Hasan Nasrullah menyerahkan obor perlawanan kepada pemimpin Yaman, Abdul Malik al-Houthi, untuk menyelesaikan pendekatan dan proyek pembebasan tempat-tempat suci. Cinta mereka menjadi rantai yang menghubungkan Beirut dan Sanaa dan menggagalkan semua rencana separatis musuh.
Sayyid Hasan Nasrullah mewakili era baru. Madrasahnya adalah madrasah Alquran dan kenabian yang meletakkan fondasi perlawanan selama beberapa generasi. Darahnya tak hanya membasahi tanah Lebanon, tetapi juga menjadi denyut nadi setiap orang merdeka di negeri ini. (HRY)