Abdullah al-Turki, Sekjen Himpunan Dunia Islam lewat sebuah pidato dalam acara pembukaan konferensi ini mengatakan, “Minoritas-minoritas muslim dari aspek individu, keluarga dan sosial menghadapi problem dan tantangan-tantangan, dimana hal ini mengharuskan untuk dilakukan telaah dalam ranah mengangkat problem ini,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari INA.
Dia dalam konferensi yang masih terus berlanjut sampai pada hari Rabu (15/4/2015) ini mengintroduksikan, realita minoritas-minoritas muslim dan tantangan-tantangan kontemporer adalah pembahasan yang akan dibahas dalam konferensi ini dan dilanjtkan dengan tukar pendapat.
Sekjen Himpunan Dunia Islam menambahkan, minoritas-minoritas muslim harus menemukan pengetahuan dan pengenalan dengan hakikat-hakikat Islam dan mencegah penciptaan nuansa takut terhadap Islam serta membenarkan dan meluruskan pemikiran dan gambaran-gambaran tidak benar yang ada di benak sebagian orang akibat tindakan-tindakan Islamofobia.
“Sebagian orang dan kelompok ekstrem dengan menisbatkan dirinya kepada Islam telah melakukan tindakan-tindakan brutal dan terorisme, dimana hal ini sangat berpengaruh dalam memublikasikan Islamofobia,” lanjutnya.
Kelanjutan acara pembukaan, Menteri Luar Negeri Taiwan, David Lin mengintroduksikan, ras dan para pengikut pelbagai agama di Taiwan hidup dalam koeksistensi dan saling menghormati.
Menteri Luar Negeri dengan mengisyaratkan adanya khazanah keragaman budaya di Taiwan mengatakan, perkembangan kebudayaan ini merupakan faktor penting dalam merealisasikan stabilitas dan kemajuan nasional di negara ini.
Menteri Luar Negeri Taiwan mengatakan, meskipun kaum muslimin di Taiwan adalah minoritas, namun mereka mendapatkan semua hak-haknya.