“Bisa jadi Korea dan Timur Tengah sama sekali tidak memiliki titik temu. Lahiriahnya adalah dua kawasan ini tidak memiliki rute yang sama, karena ekonomi, kebudayaan dan ideal-idealnya benar-benar berseberangan dan lebih dari itu semua, agama merupakan salah satu titik perbedaan dua kawasan ini,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari Asia One.
Sementara warisan-warisan mazhab Korea secara mayoritas adalah Buddhisme, ajaran Konghucu dan baru-baru saja ajaran Masihi mulai masuk, sementara Timur Tengah benar-benar terpengaruh dari ajaran-ajaran Islam, Rasulullah (Saw).
Dengan demikian, para peneliti mengatakan bahwa komunikasi antar kebudayaan dua pihak kembali pada abad ke tujuh -masa raja Sila di Korea dan era keemasan Islam di Timur Tengah -. Pada masa ini Dunia Islam menyebar dari Filipina di Timur sampai semenanjung Iberia, di Barat.
Menurut penuturan Lee Hee Soo, Peneliti terkemuka Kebudayaan Islam dan dosen universitas Hanyoung Korea Selatan, bahwa pertemuan pertama kali Korea dengan Islam adalah hanya bersifat dagang.
Para saudagar dan pedang muslim yang pergi ke kota Xi’an Cina melalui jalur Sutra, mengenal dengan kelompok-kelompok yang memiliki komunikasi perdagangan dan politik dekat dengan Xi’an.
Hubungan perdagangan antar dua kawasan ini pada akhirnya berujung pada kebudayaan, seni, ilmu dan teknologi dan kedua belah pihak menggambarkan selainnya dalam syair dan pujian-pujiannya.
Kim Ung Yong, Direktur Pusat Kajian Islam Korea mengatakan, dari sebagian syair dapat diketahui bahwa para pemuka muslim ada di Korea pada masa kekaisaran Guguryeo dan disitu di bangun sebuah masjid pertama hanya untuk digunakan salat, dan bukan untuk melakukan dakwah.
Hubungan dua belah pihak ini kebanyakan dalam masalah perdagangan, sampai pada akhirnya kaum muslimin menambah persamaan-persamaannya di Korea dan datang dalam ranah ilmu dan teknologi, dengan bantuan kaisar Joseon.
Lee menjelaskan, pada masa itu, Arab merupakan cendekiawan terbaik dunia dan memiliki peran dalam pergerakan-pergerakan baru di Korea.
Kaum muslimin diundang dalam acara-acara tribunal kaisar Joseon untuk melantunkan Al-Quran, yang mana hal ini menunjukkan kedudukan penting mereka di Korea.
Namun dengan ini semua, Islam di Korea segera menghilang karena kebijakan-kebijakan politik yang tertutup dengan budaya dan tradisi asing kecuali China, sampai pada masa perang Korea (1950-1953), dimana kebudayaan Islam kembali muncul dengan masuknya para tentara Turki ke Korea Selatan.
Islam dikenal secara resmi setelah didirikannya Federasi Muslim Korea, pada tahun 1965 di kota Seoul.
Federasi ini bukan hanya penyebab terjadinya kesempatan pemublikasian firman Allah, Nabi Muhammad dengan perantara Al-Quran bagi kaum muslimin di Korea Selatan, bahkan penyebab didirikannya masjid pertama secara resmi di negara ini untuk kaum muslimin dan juga masyarakat Korea pada tahun 1976.
Sekarang ini ada 15 masjid di seluruh penjuru Korea dan jumlah kaum muslimin Korea mencapai 200 ribu orang.
Hubungan ekonomi antara Korea dan Timur tengah juga kembali terbuka pada dekade akhir. Delegasi tenaga kerja Korea untuk membangun jalan dan jembatan di Timur Tengah, pengembangan ekonomi Korea akibat penyebaran pembangunan di Timur Tengah dan jaminan energi Korea melalui negara-negara Timur Tengah adalah hal-hal yang menyebabkan perkembangan ini dan menjadikan Timur Tengah menjadi pasar penting bagi Korea.
Kebalikan atas perselisihan yang panjang antara Barat dan Islam, korea tidak memiliki konflik hubungan politik atau sejarah di kawasan Timur Tengah selama lebih dari 1.000 tahun.
Negara-negara Islam juga memiliki gambaran persahabatan tentang Korea dan gelombang Korea –Baru adalah kalimat yang mengisyaratkan bertambahnya kecintaan kebudayaan Korea Selatan sejak akhir-akhir dekade 1990 – serial TV “Permata di Istana”- dengan Timur Tengah.
Meskipun aksi-aksi terorisme sebagaian kelompok seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Al-Qaidah sampai pada batas distorsi dan pencorengan gambaran-gambaran tentang kaum muslimin, namun orang-orang Korea Selatan kembali menggunakan kesempatan ekonominya di Timur Tengah untuk yang kedua kalinya setelah pembangunan pada dekade 1970-1980, dan sekarang ini mereka mencari pengetahuan lebih tentang Islam.