IQNA

Pengulangan Skenario Provokasi Sentimen Anti-Islam oleh Bin Laden Burma

7:41 - May 28, 2015
Berita ID: 3308645
MYANMAR (IQNA) - Rahib ekstrem Buddha, yang mendapat julukan Bin Laden Burma sekali lagi mengulang skenario provokasi sentimen anti-Islam dalam statemen-statemen tidak bertanggung jawabnya dengan mengumumkan sedang membela Burma (Myanmar) di hadapan musuh utamanya, yakni Muslim.

Menurut laporan IQNA, seperti dinukil dari harian Los Angles Times, Asin Wirathu, Bin Laden Burma dan Rahib Ekstrem Buddha dalam beberapa wawancaranya dengan harian ini mengatakan, mayoritas muslim sebagai faktor perusak negara kami, masyarakat kami dan agama kami adalah Buddha.
Rahib 46 tahun ini masyhur dengan keburukannya, dikarenakan telah berkata kasar terhadap masyarakat muslim negara Myanmar, dimana mayoritas masyarakatnya adalah Buddha.
Disamping pidato-pidato inflamasi, rahib Buddha ini juga aktif dalam Islamofobia di internet dan dengan menaruh status-status Facebook terkait Jihad Dekat kaum muslimin terhadap mayoritas Buddha, dia telah memublikasikan propaganda-propaganda tentang kejahatan-kejahatan sistematis muslim dan memburukkan citra Islam kepada masyarakat dan mengingatkan segala bentuk komunikasi dengan mereka.
Wirathu dengan provokasi sentimen anti-Islam menegaskan bahwa Buddha yang baik tidak boleh menjalin komunikasi dengan “Ular dan Anjing Gila”!
Fraksi 979 Wirathu pada tahun-tahun sebelumnya juga menyebabkan kejahatan dan genosida minoritas muslim Myanmar dan lebih dari satu juga muslim terlunta-lunta.
Rahib ekstrem ini dihukum penjara selama 25 tahun pada tahun 2003, namun tahun 2011 mendapatkan pengampunan umum bersama para tawanan politik lainnya.
Banyak sekali berkeyakinan bahwa Wirathu bersama dengan para ekstrem lainnya berada dibalik layar keluarnya muslim Rohingnya dengan perahu-perahu nelayan ke negara-negara tetangga dan seluruh konsekuensi yang muncul akibat hal tersebut.
Migrasi menyedihkan nan berbahaya muslim Rohingya menyebabkan terbunuhnya sejumlah masyarakat di perairan, tertimpa penyelundupan manusia dan penawan mereka di perbatasan-perbatasan negara tetangga dan dianggap sebagai krisis-krisis imigrasi dekade akhir dunia.
Penny Green, direktur proyek kejahatan politik International University "Queen Mary” London mengatakan, “Wirathu memiliki peran penting dalam wacana kebencian terhadap muslim dan Islamofobia di Myanmar.”
“Kenapa muslim Rohingya mengarungi laut dengan perahu dan meninggalkan negaranya? Kenapa mereka harus mempertaruhkan hidup mereka? Hal itu tidak lain karena menetapnya mereka di negara sendiri dengan tidak memiliki masa depan untuk mereka itu lebih buruk,” tambahnya.
Selain kesengsaraan-kesengsaraan yang dirasakan oleh kaum muslim Rohingya, mereka sejak tanggal 31 Mei (6 hari lagi) di Myanmar mereka dihalangi untuk pergi dari satu desa ke desa lain, melakukan pekerjaan dan partisipasi di sekolah.
Shu Maung, satu-satunya muslim Rohingya di parlemen Myanmar mengatakan, pelarangan baru ini berarti tidak ada pekerjaan, tidak ada uang dan tidak ada masa depan dan tidak ada cara lain lagi kecuali kabur.
Sebelumnya, undang-undang anti-Islam lain terhadap masyarakat muslim Rohingya juga telah ditetapkan, diantaranya adalah melakukan pembatasan kelahiran.

3308055

Kunci-kunci: ekstrem
captcha