Menurut laporan IQNA, seperti dikutip dari Bernama, Noorhidayah satu-satunya partisipan tunanetra musabaqoh nasional hafalan Al-Quran Malaysia ke-37 yang telah menghafal juz 1-10.
Noorhidayah yang mengalami kebutaan sedari kecil, sekarang berumur 22 tahun dan belajar di Kolej Pengajian Islam Johor Malaysia.
Kebutaan Tidak Menghalangi Hafalan Al-Quran
Ia mengatakan, bagi saya kebutaan bukanlah rintangan, yang karenanya saya tidak dapat menghafal Al-Quran.
Tunanetra Malaysia ini mengatakan, ini adalah untuk pertama kalinya saya berpartisipasi dalam musabaqoh hafalan Al-Quran dalam tingkat nasional; namun sebelumnya saya ikut hadir dalam musabaqoh hafalan Al-Quran propinsi Johor.
Noorhidayah mengikuti jejak abangnya (26 tahun) Abdul Majid, yang belajar di Darul Quran.
Ia membaca Al-Quran dengan khat Braille sedari tiga tahun dan mulai menghafal Al-Quran di umur 16 tahun.
"Bahkan jika saya tidak menghafal Al-Qura, kita dapat menggunakan ajaran-ajarannya untuk bimbingan hidup,” tegas remaja putri Malaysia tersebut.
Muhammad Adib Imran adalah hafiz lain yang hadir dalam musabaqoh nasional Al-Quran Malaysia ke-37, yang memiliki gangguan neurologis di kakinya. Ia adalah delegasi propinsi Perlis dan hafiz juz 1-20 Al-Quran.
Ia yang menghafal Al-Quran sedari 14 tahun mengatakan, untuk pertama kalinya saya berpartisipasi dalam musabaqoh nasional. Ayah saya senantiasa memberikan motivasi dan menghendaki saya supaya menghafal Al-Quran sedari kecil.
Muhammad Adib yang di masa mendatang berniat menjadi mubalig agama, bertekat menyelesaikan hafalan Al-Quran di umur 17 tahun.
Kurang lebih 78 partisipan hadir dalam musabaqoh nasional hafalan Al-Quran ke-37, yang dimulai sejak tanggal 16 Februari, di kota Ipoh, propinsi Perak Malaysia.
Kompetisi ini akan terus berlanjut selama 5 hari.