Menurut laporan IQNA, seperti dikutip dari kantor Rahbar, bulan Rajab merupakan kesempatan membentuk diri dan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadhan. Ayatullah Sayid Ali Khamenei berkata tentang bulan Rajab, perbanyaklah kalian bertawassul kepada Allah pada bulan ini, perbanyaklah sebisa mungkin. (6/2/1394)
Pemimpin Besar Revolusi memiliki petuah-petuah tentang penggunaan bulan Rajab pada tahun 1394, yaitu:
Berterimakasihlah kepada Bulan Rajab
Kita harus saling mengucapkan selamat kepada selainnya, atas taufik Ilahi ini sehingga kita dapat memasuki bulan Rajab sekali lagi. Bulan Rajab adalah kesempatan mendekatkan diri dengan nilai-nilai Ilahi, bertaqarrub dengan Dzat suci Allah dan kesempatan pembentukan diri.
Hari dimana dalam riwayat-riwayat kita diperkenalkan sebagai hari istimewa, ini semua adalah kesempatan; setiap kesempatan juga merupakan nikmat dan setiap nikmat membutuhkan rasa syukur dan terima kasih. Berterima kasih dan mensyukuri nikmat artinya juga adalah manusia mengenal nikmat tersebut dan berperilaku sesuai dengan tuntutan nikmat tersebut, memanfaatkannya, mengetahui nikmat itu dari Allah dan menggunakannya di jalan-Nya; bulan Rajab termasuk nikmat-nikmat tersebut. Setelah bulan Sy’ban juga ada nikmat lainnya dan dua bulan ini menurut para ahli, ahli tauhid dan ahli batin merupakan pendahuluan bulan Ramadhan. Dan bulan Ramadhan adalah bulan pelambungan, bulan naik ke mi’raj, bulan pensucian, bulan pembersihan yang mana kita semua membutuhkan kesemuanya ini.
Berterimakasihlah kepada bulan Rajab; perbanyaklah kalian bertawassul kepada Allah pada bulan ini, perbanyaklah sebisa mungkin, ingatlah Allah dan lakukanlah untuk Allah; usaha yang kalian lakukan, jerih payah yang kalian upayakan jadikanlah semata-mata untuk Allah. (6/2/1394)
Kita Menggunakan Keberkahan Bulan Rajab
Keberkahan-keberkahan bulan Rajab tidak terbatas pada kelahiran-kelahiran yang ada pada bulan ini saja; saya nasihatkan, diri saya dan kalian supaya kita semua menggunakan keberkahan bulan Rajab dengan memperkuat ikatan batin dengan Allah Swt. Jika kita semua memperkuat hubungan kita dengan Allah, maka banyak sekali ganjaran, problem, kerusakan dan anomaly akan terselesaikan (9/2/1394).
Lalai, Musuh Pertama Kita
Bulan rajab dan bulan dimana kalian melantunkan sanjungan-sanjungan indah, isyarat bulan Rajab, bulan tawassul, bulan perhatian dan doa. Pada bulan mulia ini, kaum mukminîn memanjatkan doa, mereka meminta kepada Allah, Allahumma Fahdini Hudal Muhtadin Warzuqni Ijtihadal Mujtahidin wala Taj’alni minal Ghâfilin al-Mub’adin. Sungguh sangat bernilai dari setiap petikan tersebut; petikan terakhir juga sebuah maghfirah, yang menjadi asas kesemuanya: Waghfirli Yaumad Din. Hidayah orang yang terhidayahi dan upaya orang yang bersungguh-sungguh adalah yang kalian inginkan dari Allah dalam doa ini.
Renungkanlah, jika dua faktor ini ada pada diri saya dan diri kalian, maka semua problem akan terselesaikan; baik hidayah orang yang diberi hidayah oleh Allah adalah nasib kita, baik upaya orang yang bersungguh-sungguh sejarah manusia dirasakan dalam perilaku kita, ucapan kita dan dalam jiwa kita.
Dalam alenia ketiga disiyaratkan tentang kerusakan: wala Taj’alni minal Ghafilin al-Mub’adin. Lalai adalah kerusakan terbesar; lalai dari rute, lalai dari tujuan, lalai dari kemampuan, lalai dari kesempatan, lalai dari musuh, lalai dari kewajiban yang sekarang ini ada di pundak saya dan kalian; lalai, musuh terbesar kita. Musuh pertama kita yang akan menundukkan kita di hadapan para musuh-musuh kita lainnya, lalai, Wala Taj’alni minal Ghafilin al-Mub’adin. Hasil dari lalai ini adalah terjauhkan, jauh dari Allah, jauh dari tujuan, jauh dari kesuksesan.
Kandungan doa-doa adalah makrifat, tauhid, pelajaran kehidupan; tengoklah doa-doa ini. Kita membaca doa dengan atensi tersebut dan kita memanfaatkan nuansa bulan ini.