IQNA melaporkan, pertemuan dialog antar agama dan mazhab dengan partisipasi ulama dan pejabat yang bertanggung jawab atas budaya Muslim dan Buddha diadakan atas prakarsa konsuler kebudayaan Iran di aula pertemuan Dar al-Zahra (as) di kota Phatthalung, Thailand.
Mehdi Hassankhani, konselor budaya Iran, dalam pidato pembukaannya dengan mengecam penghinaan terhadap kesucian Nabi Islam (saw) di Perancis, menyebut agama Islam, menurut penjelasan Alquran, sebagai agama rahmat dan cinta untuk kebaikan dan kebahagiaan semua.
“Dalam hal ini, keberadaan Rasulullah saw yang penuh berkah dan kebaikan selalu menjadi sumber kebanggaan dan kehormatan. Sebaliknya, aksi-aksi ekstremis kelompok teroris seperti ISIS, hal tersebut berada di luar jangkauan ajaran Islam dan Muslim dibandingkan dengan agama dan mazhab lain,” imbuhnya.
Hassankhani dalam kelanjutan masalah persatuan yang dilandasi nilai-nilai bersama agama, menganggap mazhab sebagai salah satu syarat untuk menghilangkan benih-benih perpecahan dan perbedaan berdasarkan ajaran Alquran dalam masyarakat serta menggambarkan unsur-unsur pemersatu dalam pertumbuhan dan meluhurkan materi dan spiritual masyarakat sangatlah efektif.
Koeksistensi umat Buddha dan Muslim di Thailand
“Koeksistensi bersejarah para pengikut Buddha dan Islam telah ditekankan dan diperhatikan di Thailand di masa lalu,” kata Sontan Kitjanojuk, seorang biksu Buddha terkemuka.
Dia mengutip contoh pemakaman Muslim tua di dekat kuil Buddha dan acara tarhim tahunan bagi orang mati muslim, yang diadakan setiap tahun atas undangan umat Islam.
Jirawat, seorang perwakilan Buddhis dari Kementerian Kebudayaan Thailand, juga menjelaskan sejarah wilayah tersebut, dengan menekankan bahwa tradisi Nabi Islam (saw) bebas dari kekerasan dan ekstremisme, serta menambahkan: dulu, kota Phatthalung memiliki penguasa Islam dan masyarakatnya saat itu menikmati kehidupan yang damai dan sejahtera.
Demikiian juga, Sheikh Abdul Karim, salah satu ulama Ahlusunah dan Visut Baba Mansour, perwakilan dari kantor Syekh al-Islam dari Thailand di kota hatthalung, dengan menekankan sunnah Nabi Muhammad saw tentang perlunya menghindari perpecahan dan ekstremisme, menyebut perhatian pada poin-poin bersama dan penghormatan terhadap kepercayaan lain sangat efektif dan bermanfaat dalam konvergensi dan kohesi sosial.
Syekh Ansar, direktur Departemen Agama dan direktur Amal Al-Zahra, juga menganggap agama-agama Ilahi memiliki satu syariat yang sama dan menggambarkan moderasi sebagai kelaziman untuk persatuan dan solidaritas agama dan mazhab.
Sebagai kelanjutan dari acara ini, berbagai program seperti pembacaan shalawat khusus dan qosidah Nabi (saw) dilakukan bersamaan dengan qosidah dan pembacaan puisi perempuan. (hry)