IQNA

Metode Pendidikan Para Nabi/ 7

Toleransi Ibrahim (as) dalam Menyeru Jalan yang Benar

6:31 - June 21, 2023
Berita ID: 3478544
TEHERAN (IQNA) - Beberapa metode pendidikan umum di antara para nabi ilahi, di antara metode ini kita dapat menyebutkan metode toleransi. Kapasitas yang ada dalam toleransi untuk mencerdaskan masyarakat bukan dalam perilaku keras dan kasar. Untuk itu, mempelajari cara para nabi dalam menggunakan metode toleransi menjadi sangat penting.

Salah satu metode mendidik dan mempersiapkan spiritual seseorang adalah metode toleransi. Toleransi berarti seseorang dapat menjalankan urusannya dengan menggunakan perilaku yang lemah lembut, cara ini sangat efektif dalam pendidikan manusia sehingga dapat dikatakan: dengan menggunakan cara ini, siapa pun dapat mengubah lawannya menjadi penyetujunya menjadi teman. Jika guru dan pendidik manusia ingin menggunakan kerasnya perilaku yang tidak pantas dan kasar, wajar jika siswa atau masyarakat umum akan kecewa dan tidak mengikuti nabi atau guru tersebut. Oleh karena itu, akhlak yang lemah lembut merupakan salah satu asas dan landasan akhlak.

Nabi Ibrahim (as) sebagai salah satu Nabi pertama yang menggunakan metode toleransi dan Allah telah menyebutkan beberapa bagian dalam Alquran. Misalnya: Ketika tamu tak dikenal pergi ke rumah Nabi Ibrahim (as), setelah Ibrahim mengenal mereka, Nabi Ibrahim (as) menyadari bahwa tamu tersebut memiliki misi untuk pergi ke kaum Luth dan mengazab mereka. Ibrahim (as) akan berdebat dengan mereka (jika memungkinkan, kaum Luth tidak akan dihukum).

فَلَمَّا ذَهَبَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ الرَّوْعُ وَ جَاءَتْهُ الْبُشْرَى‏ يجَادِلُنَا فىِ قَوْمِ لُوط

“Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth.” (QS. Huda: 74)

Mujadalah Nabi Ibrahim as ini bukan untuk membela kaum Luth atau menentang perintah Allah swt, tetapi yang muncul dari ayat selanjutnya adalah bahwa Ibrahim sangat baik hati dan karena menurutnya kaum Luth akan bertaubat dari perbuatan mereka atau tersadar dari tidur lalai mereka, sehingga berdebat dengan para tamu yang diutus oleh Allah. Ayat 75 surah Hud, sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya, mengisyaratkan akan hal tersebut:

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُّنِيب

“Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah”. (QS. Hud: 75)

Dalam ayat lain dari surah Al-Hajj, Allah mewajibkan semua Muslim untuk mengikuti agama Ibrahim (as) dan memperkenalkan agamanya dengan mudah:

وَ جَاهِدُواْ فىِ اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ  هُوَ اجْتَبَئكُمْ وَ مَا جَعَلَ عَلَيْكمْ فىِ الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ  مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ  هُوَ سَمَّئكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِن قَبْلُ وَ فىِ هَاذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكمْ وَ تَكُونُواْ شهَدَاءَ عَلىَ النَّاسِ  فَأَقِيمُواْ الصَّلَوةَ وَ ءَاتُواْ الزَّكَوةَ وَ اعْتَصِمُواْ بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَئكمْ  فَنِعْمَ الْمَوْلىَ‏ وَ نِعْمَ النَّصِير

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”. (QS. Al-Hajj: 78)

Oleh karena itu, Ibrahim al-Khalil  selalu memiliki sikap toleran, baik dalam praktiknya (berdebat tentang kaum Luth) maupun dalam agama dan ritualnya (merujuk pada ayat 78 surah Al-Hajj), dan karena dia adalah seorang guru dari Tuhan, dia tidak menyurutkan pengikutnya dari agama Allah, dan memudahkan mereka. (HRY)

Kunci-kunci: Alquran  ، Ibrahim ، pendidikan ، toleransi
captcha