IQNA

Metode Pendidikan Para Nabi; Ibrahim (as) / 8

Jihad dengan Nafsu

4:05 - June 27, 2023
Berita ID: 3478563
TEHERAN (IQNA) - Biasanya semua manusia menyadari adanya beberapa sifat negatif dalam dirinya dan berusaha menghilangkannya dengan metode pendidikan. Mengenal jihad dengan hawa nafsu dan kajiannya dalam kehidupan para nabi ilahi penting dari sudut pandang ini.

Jihad dengan hawa nafsu merupakan salah satu metode pelatihan yang dapat memberikan dampak terbesar pada seseorang jika disertai dengan usaha keras dan kesabaran yang besar. Jihad dengan nafsu berarti memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar yang bertentangan dengan kecenderungan dan keinginan seseorang.

Dalam metode ini, pelatih dan orang yang dilatih bisa menjadi orang yang sama, bahkan sejatinya manusia menciptakan kebutuhan ini untuk dirinya sendiri. Metode ini dilakukan meskipun ada ketidaknyamanan internal. Yaitu, misalnya, bayangkan seseorang yang memiliki banyak hutang dan kebetulan menemukan uang di suatu tempat, dimana orang tersebut membutuhkan uang ini, dia dapat mengambil uang itu dan membayar hutangnya, tetapi bertentangan dengan keinginan batinnya, mengembalikan uang itu kepada pemiliknya yang sah.

Dalam cara ini, manusia memaksa dirinya untuk berperilaku secara moral dan secara bertahap bergelut dengan nilai-nilai moral tersebut dan menemukan kesenangan di dalamnya. Dalam hal ini, seseorang terbiasa menunjukkan perilaku moral sendiri dan menghindari tindakan yang tidak bermoral.

Dalam perjalanan hidup Nabi Ibrahim, kita melihat contoh jihad dengan nafsu ini:

Misi menyembelih anak

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْىَ قَالَ يَابُنىَ‏ إِنىّ‏ أَرَى‏ فىِ الْمَنَامِ أَنىّ‏ أَذْبحُكَ فَانظُرْ مَا ذَا تَرَى‏  قَالَ يَأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ  سَتَجِدُنىِ إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابرِين فَلَمَّا أَسْلَمَا وَ تَلَّهُ لِلْجَبِين

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (QS. As-Saffat: 102-103)

Ibrahim (as) ditugaskan oleh Allah swt untuk menyembelih putranya. Dan dia melanjutkan untuk melakukan tindakan ini, tetapi setelah dia melihat bahwa pisau tidak memotong leher Ismail, seruan datang dari Allah:

وَ نَادَيْنَاهُ أَن يَإِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا  إِنَّا كَذَالِكَ نجَزِى الْمُحْسِنِينَ انَّ هَاذَا لهوَ الْبَلَؤُاْ الْمُبِين وَ فَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيم

“Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. (QS. As-Saffat: 104-107). (HRY)

captcha