Dalam pembukaan ayat-ayat surah Al-Muzzammil, yang menyifati beratnya ucapan, Allah mengungkapkan hakikat ini dalam ayat 5.
إِنَّا سَنُلْقي عَلَيْكَ قَوْلاً ثَقيلا
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.”
Allamah Thabathaba'i dalam Tafsir al-Mizan menjelaskan beratnya Alquran dalam beberapa hal:
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَ يُطَهِّرَكم تَطْهِيرًا
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Terkadang rasa berat ini muncul di wajah dan gerakan tubuh Nabi saw dan para sahabatnya menyaksikan rasa berat ini. Imam Ali (as) mengatakan dalam hal ini: Ketika surah Al-Ma'idah diturunkan kepadanya, Nabi sedang menunggang unta. Wahyu itu sangat membebani Nabi, sehingga hewan itu berhenti dan perutnya turun. Pada saat itu, saya melihat pusar binatang itu hendak mencapai tanah.
لَوْ أَنْزَلْنا هذَا الْقُرْآنَ عَلى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خاشِعاً مُتَصَدِّعاً مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَ تِلْكَ الْأَمْثالُ نَضْرِبُها لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُون
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.”
Dalam ayat ini, disebutkan sebuah hakikat, yaitu bahwa Alquran tidak kekurangan dari aspek petunjuk, dan fakta bahwa sebagian orang tidak mendapat petunjuk adalah karena kelemahan mereka sendiri.
Di jalan ini, mereka menaruh duri di jalan Nabi dan meletakkan isi perut unta di kepala beliau. Begitu teraniayanya nabi sampai beliau mengatakan, tidak ada nabi yang dianiaya seperti diriku.” (HRY)