IQNA

Metode Pendidikan Para Nabi; Musa (as)/13

Menggunakan Istidlal (Argumentasi) dalam Metode pendidikan Nabi Musa (as)

16:23 - July 17, 2023
Berita ID: 3478648
TEHERAN (IQNA) - Penalaran adalah salah satu metode pendidikan paling kokoh yang didirikan oleh para nabi Ilahi.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendidik masyarakat adalah dengan menjelaskan argumentasi dan memberikan dalil. Beberapa orang, baik mereka beriman atau tidak, memiliki wawasan yang luar biasa dan daya pikir yang hebat. Jelas, metode pelatihan orang-orang seperti itu tidak sama dengan mereka yang memiliki temperamen mengekor dan mengikuti secara membabi buta. Istidlal biasanya merupakan salah satu cara yang tidak bisa digunakan untuk melatih kedua kelompok, terutama kelompok pertama.

Seorang pelatih yang memiliki istidlal tidak takut dengan kata-kata lawannya. Dia memberi mereka kesempatan untuk mengatakan kata-kata mereka dan setelah mendengarnya, dia menghentikan mereka dengan dalil dan menjawab keberatan mereka.

Mereka telah mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi kesalahan siswa dan memperbaiki serta mengubah perilaku mereka yang salah. Karena jika dilakukan selain melalui rasionalitas dan metode yang benar, dapat menyebabkan kerusakan moral terdidik, yang tidak dapat diperbaiki dan hasilnya pendidik tidak akan berhasil dalam pelatihan.

Jika kita memberikan alasan yang meyakinkan kepada siswa yang bersalah dan membuatnya sadar akan konsekuensi dari tindakan buruknya, dia biasanya menerima kita. Namun terkadang para pelatih, tanpa menyadarinya dan menjelaskan kepadanya alasan perilaku buruk dan kesalahan dari perilaku yang menyinggung, dengan paksa memintanya untuk menghentikan perilaku tersebut dan tanpa memberitahunya, mereka memaksanya untuk mengubah perilakunya, yang biasanya tidak memberikan pengaruh yang baik dan tidak terlihat koreksi atau perubahan pada perilaku siswa dan terkadang kesalahannya menjadi lebih parah.

Sebagai salah satu nabi Allah, Nabi Musa (as) menggunakan metode ini, yang tercermin dalam Alquran:

وَإِذْ قُلْتُمْ يَٰمُوسَىٰ لَن نَّصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَٰحِدٍ فَٱدْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنۢبِتُ ٱلْأَرْضُ مِنۢ بَقْلِهَا وَقِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۖ قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ ٱلَّذِى هُوَ أَدْنَىٰ بِٱلَّذِى هُوَ خَيْرٌ ۚ ٱهْبِطُوا۟ مِصْرًا فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلذِّلَّةُ وَٱلْمَسْكَنَةُ وَبَآءُو بِغَضَبٍ مِّنَ ٱللَّهِ ۗ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا۟ يَكْفُرُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَيَقْتُلُونَ ٱلنَّبِيِّۦنَ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ ۗ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah: 61)

Dalam ayat ini, dua argumen logis diberikan untuk Bani Israel, bahwa jika mereka menyadari hal ini, mereka seharusnya mengubah perilaku mereka:

  1. Permintaan yang tidak masuk akal dari Bani Israel untuk mengubah makanan; reaksi Nabi Musa: Apakah Anda memilih makanan yang lebih rendah daripada makanan yang lebih baik?
  2. Faktor-faktor yang merendahkan Bani Israil
  3. A) Ketidakpercayaan dan ketidaktaatan terhadap perintah Allah dan menyimpang dari tauhid menuju kemusyrikan.
  4. B) Membunuh para nabi dan mengabaikan hukum ilahi.

Menurut dalil ini, seharusnya Bani Israil bertindak bertentangan dengan dua hal tersebut, yaitu tidak melanggar perintah Allah dan tidak membunuh para nabi agar tidak hina. Namun, mereka tidak berubah dan tidak mencapai keselamatan. (HRY)

Kunci-kunci: Alquran  ، Metode Pendidikan ، Musa ، Istidlal
captcha