Kejahatan di Gaza; Jadilah Pengamat atau Aktivis
Menurut Iqna, mengutip Raseef 22, Samah, seorang psikolog dari provinsi Kafr al-Sheikh di Mesir, mengatakan tentang perasaannya sejak awal Badai Al-Aqsa dan perang di Gaza. “Saya melihat anak-anak saya setiap hari dan saya Alhamdulillah jauh sekali dari bahaya. Namun di sisi lain, telah terjadi sesuatu yang membuat kita tidak bisa tidur setiap malam dengan mimpi buruk yang mengganggu,” ucapnya.
“Sulit untuk menyaksikan kejahatan Israel. Mustahil untuk melihatnya dan tidak menangis dan kondisi mental kita tidak terpengaruh. Kami sama sekali tidak berdaya dalam hal ini. Terkadang saya menangis lama ketika melihat video anak-anak dibunuh. Saya memeluk anak-anak saya dan hanya menangis,” ucapnya.
Apa yang harus kita lakukan agar tidak menyaksikan berita menyakitkan mengenai Gaza dari kejauhan?
Dalam konteks ini, Antar Suleiman, pakar kesehatan mental, menganggap; menghadapi kenyataan sebagai salah satu cara terbaik untuk mengatasi krisis mental apa pun.
“Setiap orang harus memahami penyebab krisis mental dan memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran remaja dan anak-anak tentang tujuan mereka,” tegasnya.
Antar Suleiman mengatakan, setiap orang harus memainkan perannya. Bantuan tersebut mungkin berupa bantuan keuangan kepada korban perang, sementara yang lain menyatakan solidaritas mereka terhadap rakyat Palestina yang tertindas dan mengutuk kejahatan rezim pendudukan dengan melakukan demonstrasi dan unjuk rasa.
Ia menekankan pentingnya pemahaman bahwa ketidakadilan ini pada akhirnya akan berakhir dan bahwa tindakan musuh merupakan semacam kegagalan. Sementara itu, doa, munajat serta penguatan keyakinan iman merupakan alat yang dapat membantu orang mencapai tingkat kekuatan untuk menghadapi depresi dan keputusasaan.
Azab hati nurani tentang perang Gaza
Salah satu emosi paling menantang yang dapat muncul dalam situasi ini adalah rasa bersalah.
Rasa bersalah ini lebih sering terjadi pada orang-orang yang bertanggung jawab dan orang-orang yang merasakan kemampuan untuk berubah dibandingkan pada orang-orang biasa yang memiliki kemampuan terbatas.
Mengingat masalah ini, setiap orang harus melakukan apa yang mereka bisa bahkan jika itu adalah mengekspresikan kemarahan di jejaring sosial atau menghadiri demonstrasi untuk mengutuk genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh rezim Israel. (HRY)
