IQNA

Ayat Perdamaian Paling Mendasar dalam Alquran

8:46 - August 26, 2025
Berita ID: 3482590
IQNA - Berdasarkan isi ayat 61 dan 62 surah Al-Anfal, menerima perdamaian adalah suatu keniscayaan, dan asumsi yang salah tidak menghalangi diterimanya perdamaian.

Hujjatul Islam Alireza Ghobadi, seorang sosiolog dan pakar agama, telah menulis serangkaian catatan yang berfokus pada kajian posisi perdamaian dalam Alquran dan telah memberikannya kepada IQNA, yang detailnya dapat Anda baca di bawah ini.

Pembahasan pertama secara singkat membahas pentingnya perdamaian dalam hubungan dan kehidupan sosial. Pembahasan kedua membahas definisi perdamaian dan konsep-konsep sinonimnya dalam Alquran. Dalam perkataan ini, disebutkan ayat-ayat paling mendasar yang berkaitan dengan perdamaian, yaitu surah Al-Anfal ayat 61 dan 62.

Dalam pembahasan sebelumnya, telah disebutkan bahwa kata silmun (sin ,lam, mim) dalam Alquran bersinonim dengan shulh (kedamaian). Dalam Alquran, suku kata silm dan salm (dengan kasroh dan fathah sin dan sukun laam) telah digunakan dalam arti kedamaian, keselamatan. Tentu saja, suku kata lain dari kata silm juga telah digunakan dalam arti selain kedamaian, yang berada di luar cakupan pembahasan ini.

Di antara ayat-ayat di mana kata "silm" digunakan untuk merujuk pada perdamaian adalah ayat 61 surah Al-Anfal. Mungkin ayat ini merupakan salah satu ayat paling mendasar dalam bidang perdamaian; karena konteks ayat-ayat tersebut berkaitan dengan perang dan perdamaian, perjanjian perang, pelanggaran perjanjian, dan sebagainya, dan konsep perdamaian tersurat dalam istilah tersebut. Dalam ayat 61 Allah telah berfirman:

وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“(Akan tetapi,) jika mereka condong pada perdamaian, condonglah engkau (Nabi Muhammad) padanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Ayat berikutnya juga menolak beberapa kekhawatiran sebagai penolakan terhadap perdamaian dan mengatakan:

وَإِنْ يُرِيدُوا أَنْ يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ

Jika mereka hendak menipumu, sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu. Dialah yang memperkuat kamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin”.

Ayat-ayat ini ditujukan kepada Nabi (saw): Jika musuh menginginkan perdamaian dan pendekatan yang damai, hendaklah engkau juga menginginkannya dan bertawakkal kepada Allah, dan jangan takut akan sesuatu di balik layar yang akan mengejutkanmu dan engkau tidak akan mampu melawan karena kurangnya persiapan. Tidak ada yang mengejutkan Allah dan tidak ada rencana yang dapat menggagalkan-Nya, melainkan Dia akan menolongmu dan mencukupimu.

Seperti yang dinyatakan dalam ayat 61 dan 62, menerima perdamaian adalah suatu hal yang lumrah, dan asumsi yang salah tidak menghalangi penerimaan perdamaian.

Konteks ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa keinginan untuk berdamai dalam hal ini berkaitan dengan mereka yang juga melanggar perjanjian; terlepas dari pelanggaran perjanjian tersebut, ayat 61 mengatakan bahwa jika musuh menginginkan perdamaian, kamu pun harus menginginkan perdamaian. Salah satu poin menarik yang perlu dicatat dan direnungkan dalam ayat ini adalah penggunaan kata kerja yang sama [janaha”/kecondongan atau kepasrahan) untuk kecondongan musuh dan kecondongan Nabi Muhammad saw]. (HRY)

 

4301513

Kunci-kunci: perdamaian ، dalam Alquran ، surat ، Al-Anfal
captcha