Dr Majid Maarif, salah seorang guru besar Univ Tehran dalam wawancaranya dengan IQNA menyampaikan hal itu dan menambahkan, bahwa Allamah Thabathabai tidak diragukan sebagai ikon besar di dunia Islam pada abad ini dan beliau memiliki kedalaman pemahaman tentang berbagai ilmu-ilmu Islam yang dapat dibuktikan dengan menelaah berbagai karya tulisnya.
Menurutnya salah satu dari kebesaran beliau adalah sebagai seorang fiilosof kontemporer yang dengan berbagai buku yang beliau tulis dalam hal ini secara langsung, seperti Bidayatul Hikmah dan Nihayatul Hikmah atau secara tidak langsung seperti Dasar-Dasar Filsafat dan Metode Realisme begitu juga buku-buku lainnya menunjukkan klaim kita bahwa beliau filosof besar di dunia Islam di abad ini.
Namun pada saat yang sama Maarif mengakui, bahwa karena dirinya tidak memiliki specialisasi di bidang filsafat, maka dirinya merasa tidak memiliki kelayakan untuk memberi komentar atas berbagai pemikiran filsafat beliau.
Selain itu menurutnya, Allamah Thabathabai juga seorang ikon besar di bidang tafsir. Paling tidak dua karya beliau dengan jelas membuktikan hal itu; yaitu Al Mizan dan Al Quran Dalam Islam.
Menjawab pertanyaan faktor yang melatarbelakangi beliau menulis kitab tafsir Al Mizan, beliau mengatakan, bahwa yang bisa kita baca dari Mukaddimah yang beliau tulis di Juz 1 adalah kerisauan beliau menyaksikan banyak kitab tafsir yang memaksakan berbagai ilmu yang dimiliki oleh pengarangnya kepada pemahaman Al Quran.
Sebagai contoh atas hal itu adalah yang kita dapatkan dengan nama, tafsir Fikih, Filosofi, Irfan, Sain, bahkan sastra. kalau kita telaah sejarah perkembangan tafsir kita akan dapati bahwa para mufassir dipengaruhi oleh berbagai ilmu itu dalam menulis kitab tafsirnya.
Memang menurutnya itu bukan suatu hal yang negatif, namun menurut allamah Thabathabai kita dapati pada sebagiannya upaya pemaksaan ilmu tertentu pada pemahaman Al Quran.
Allamah Thabathabai berkeyakinan, bahwa tafsir haruslah berdiri di atas pondasi dirinya yang kuat tidak menopangkan dirinya pada ilmu-ilmu lain yang bila digoyang dan dipertanyakan keabsahan ilmu-ilmu tersebut, maka akan goyang pula tafsirnya secara otomatis, tegasnya.
Karena itulah Allamah Thabathabai berusaha sekuat tenaga membangun tafsirnya dengan menggunakan metode penafsiran ayat dengan ayat lainnya. artinya dia berdiri di atas kakinya sendiri tidak butuh pada yang lainnya, bahkan dari Sunnah sekalipun, tambahnya.
Hal itu karena Allamah memahami ketinggian kedudukan Al Quran di atas lainnya, sehingga tidak dibatasi oleh berbagai ilmu yang sempit, bahkan hadis pun tidak bisa membatasi makna Al Quran yang sangat tinggi dan luas, ujarnya.
Menurut Maarif apa yang sering kita dengar bahwa Allamah menulis tafsir Al Mizan dikarenakan kondisi saat itu yang memarjinalkan Al Quran bisa disimpulkan dari apa yang kita sampaikan di atas, sebab konsekuensi dari pemaksaan ilmu lain terhadap Al Quran adalah tidak dikenalnya makna dan isi Al Quran sebagai kitab suci secara benar dan esensi serta maksud diturunkannya merupakan sebuah hal yang tidak jelas.
Beliau juga menegaskan, bahwa dalam banyak tempat dalam kitab Al Mizan Allamah mengkritik pandangan-pandangan tafsir sosial Al Manar. karenanya sebagian pakar berkesimpulan, bahwa Allamah Thabathabai menulis tafsir Al Mizan dalam rangka mengkritisi pemikiran Syaikh Mohammad Abduh dan Sayyid Mohammad Rasyid Ridha.
844990