IQNA

Laporan IQNA tentang Wanita Aktivis Al-Quran di Luar Negeri;

Pendirian Yayasan Al-Quran Al-Huda di Malaysia/ Sebuah Petuah kepada Para Remaja

7:46 - May 23, 2015
Berita ID: 3306395
Kadkhoda Mezerji dalam waktu yang panjang menelaah metode dan cara-cara modern pidato bangsa-bangsa lain, seperti para penginjil Kristen untuk mendakwahkan Kristen di tengah-tengah masyarakat kawasan Timur dan Afrika.

Kadkhoda Mezerji masuk ke ranah sebagai salah seorang wanita aktivis dalam kancah sosial masyarakat Iran-Malaysia selama satu tahun setengah dan banyak memberikan bantuan kepada para tawanan wanita Iran di penjara-penjara Malaysia. Himpunan dukungan kepada para tawanan Iran bentukan Masyarakat di bawah pengawasan Kedutaan Republik Islam, dimana dia dengan upaya siang malamnya mengkaji tentang problematika psikis, jasmani, agama dan kebudayaan para wanita di penjara Iran. Dia dengan memiliki komunikasi luas dengan masyarakat Iran baik, dapat memberikan peran penting dalam membantu, menyelesaikan, menguraikan masalah-masalah wanita Iran di penjara-penjara Malaysia dan memberikan pengalaman bermanfaat dalam bidang pengetahuan kerusakan psikologis para tawanan Iran di luar negeri.

Pendirian Yayasan Al-Quran Al-Huda di Malaysia
Dia pada tahun 1390-1394 mendampingi suaminya sebagai Konsultan Kebudayaan, sibuk memublikasikan Ulumul Quran di kawasan Malaysia dan dengan mendirikan yayasan kebudayaan dan seni Al-Quran Al-Huda, telah menyelenggarakan beragam kelas-kelas bacaan, bacaan mudah dan pelajaran-pelajaran Al-Quran serta berupaya untuk mendidik kelompok tawasih religi di tengah-tengah para remaja dan pemuda.
Kinerja-kinerja kebudayaan dalam tingkat internasional senantiasa memiliki problematika tersendiri, semisalnya penyelenggaraan sebuah majelis sederhana untuk kelahiran Sayidah Zahra (As) di Malaysia, bisa jadi bisa berubah menjadi sebuah masalah politik dan menciptakan masalah-masalah untuk orang-orang Syiah di negara tersebut, seperti penangkapan dan pemenjaraan.
Dalam situasi demikian, aktivitas-aktivitas kebudayaan tidak semudah dan segampang di sebuah negara seperti Iran, dimana masyoritasnya adalah Syiah dan Islam; namun pengalaman ibu Mezerji pada masa perlawanan melawan rezim Shah di tempat kelahirannya memberikan pelajaran kepadanya bahwa sebelum melakukan segala bentuk aktivitas harus menelaah berdasarkan tenunan sosial, politik, agama, kebudayaan dan adab serta tradisi-tradisi klasik setiap negara dan mendirikan aktivitas-aktivitas religi dan risalah Islamnya berdasarkan fakta dan bukan asumsi, sehingga berhasil meraih tujuannya yakni pemindahan pengalaman kebudayaan dan religi kepada umat dunia selainnya.
Dikarenakan inilah, dia pada masa bermukim di Suriah sangat menguasai sekali bahasa Arab, sampai-sampai sebagian orang Arab Suriah merasa kagum atas kualitas percakapan dan pidato gamblangnya dan pada masa bermukim di Albani dan Bosnia juga dapat mengetahui dengan baik bahasa masyarakat kawasan tersebut  dan dengan kehadiran 8 tahunnya di kawasan Asia Timur, yakni Malaysia mempelajari bahasa Inggris dengan segenap upaya.

 

Petuah Mezerji kepada Para Remaja; Belajar Bahasa untuk Memindahkan Ma’arif Agama
Dia senantiasa berkeyakinan bahwa para remaja kawasan kita dengan mempelajari beberapa bahasa harus mendapat pengalaman pelbagai bangsa dan mempelajari setiap bahasa laksana meraih sebuah kebudayaan baru dan dengan meraknya internet dan jejaring sosial di era modern, mau tidak mau harus mempelajari pelbagai bahasa-bahasa dunia guna mendapat pengalaman bermanfaat mereka dan memindahkan ma’arif agama dan kebudayaan negara kita.
Dalam rangka inilah, Kadkhoda Mezerji dalam waktu yang panjang menelaah metode dan cara-cara modern pidato bangsa-bangsa lain, seperti para penginjil Kristen untuk mendakwahkan Kristen di tengah-tengah masyarakat kawasan Timur dan Afrika serta kawasan-kawasan jauh dan sangat yakin bahwa metode-metode klasik kita hanya bermanfaat untuk kawasan kita semata dan untuk mendakwahkan agama dan kebudayaan Iran Islam harus melakukan perubahan-perubahan dalam metode-metode mengutarakan permasalahan, supaya kita dapat berbicara dengan bahasa kaum, yaitu tradisi para nabi Ilahi untuk menyampaikan pesan Allah Swt, dan bahasa kaum bukan berarti bahasa Inggris, Arab dan Perancis; namun mencakup keseluruhan dan mencakup kebudayaan, adab, tata cara dan juga kondisi-kondisi yang mendominasi bahasa mereka.
Selesai

3305694

Kunci-kunci: Iran Islam
captcha