Tahun lalu juga Abdal-Rasul Abai hadir sebagai juri musabaqoh Al-Quran di negara ini dan dalam musabaqoh tersebut juga Mahmoud Norouzi dan Jawad Sulaimani berpartisipasi dalam jurusan hafalan seluruh Al-Quran dan tilawah, yang keduanya membanggakan untuk negara Iran. Mahmoud Norouzi pun berhasil meraih juara pertama dan Jawad Sulaimani juga meraih peringkat ketiga musabaqoh tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa pandangan negara Indonesia terhadap Iran dan para qorinya tidaklah sama seperti pandangan sebagian negara-negara lain dan pandangan mereka sangatlah berbeda dan ini dapat menjadi harapan untuk penyebaran aktivitas-aktivitas Qurani.
IQNA melakukan wawancara dengan Gholamreza Shahmiveh, pengajar ilmu qiraah tentang perjalanan, mekanisme undangan dan kelaziman penyebaran kerjasama di tingkat internasional, yang hasilnya adalah sebagai berikut:
Gholamreza Shahmiveh saat wawancara dengan IQNA mengatakan, di akhir-akhir tahun 94S. saya mendapatkan undangan dari lembaga Ibqa, yaitu aliansi para qori dan hafiz negara Indonesia. Awalnya undangan ini dikirim lewat sosmed dan kemudian sayapun mengembalikannya ke organisasi kebudayaan dan komunikasi Islam sehingga untuk kelanjutannya akan lewat kanal ini dan akhirnya tanggal 14 farwardin (2 April) aku berkunjung ke negara ini.
"Aliansi qori dan hafiz negara Indonesia juga didesain bersamaan dengan pertemuan tahunan dari tanggal 5 sampai tujuh April dengan menyediakan sebuah kursus edukasi dua hari yang salah satu pengajarnya adalah pengajar Iran, yang akan mengajarkan pembahasan tentang suara dan nada kepada para qori remaja Indonesia,” imbuhnya.
Pengajar ilmu qiraah ini menjelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia perlu diperbaharui. Diputuskan pertama-tama dipaparkan secara global sehingga masyarakat Indonesia mengetahui bahwa sistem yang ada pada mereka membutuhkan pembaharuan dan harus dilakukan perubahan. Kursus ini juga menjadi pendahuluan untuk kelas-kelas berikutnya, yang akan diselengarakan di masa mendatang.
Poin-poin yang diketengahkan dalam kursus pendidikan tersebut sangat disambut oleh para partisipan dan dari bentuk pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan, mereka mengerti bahwa pembahasan-pembahasan tersebut sangatlah menarik bagi mereka. Dalam kursus tersebut aku mengerti bahwa mereka membutuhkan sebuah metode dan sistem yang perlu diperbaharui dan yang sudah biasa digunakan oleh mereka, dan karena itulah saat diketengahkan poin-poin baru, mereka sangat antusias sekali, dimana untuk masa mendatang dapat memakai terjemahan-terjemahan buku dan software dalam bahasa Inadonesia.
Kemudian Gholamreza Shahmiveh mengisyaratkan karya terbaru dalam ranah tilawah dan mengatakan, masyarakat Indonesia sangat senang ketika buku ini aku jelaskan dimana diakhirnya juga akan ada CD nya.
"Selain edukasi-edukasi yang diketengahkan dalam kursus tersebut, di pembukaannya juga saya melantunkan ayat-ayat kalamullah Al-Majid, tentunya mereka juga memiliki tradisi dan itu adalah beberapa orang pengajar saling berkumpul dan setiap darinya membaca satu ayat secara urut dan melakukan tilawah bersama-sama. Ini adalah tradisi yang sudah marak di tengah-tengah mereka dan dilantunkan dalam beberapa munasabah, tilawah dengan bentuk semacam ini juga ada dalam acara pembukaan,” ungkapnya.
Kemudian ia melanjutkan, setelah itu dirinya melakukan kunjungan dengan ketua markas percetakan dan publikasi Al-Quran negara Indonesia dan ketua markas Al-Quran himpunan Al-Qurra negara Indonesia, yang juga menjadi anggota NU. Begitu juga hadir dalam salat Jumat kota Jakarta, dan disitu saya diagendakan untuk melakukann tilawah, namun karena kemacetan yang sangat padat, maka saya tidak dapat datang pada waktunya, koordinasi untuk tilawah yang dilakukan oleh Konsultan pun tidak dapat terlaksana.
Menurut Gholamreza Shahmiveh, poin yang menarik baginya adalah masyarakat Indonesia dalam pembahasan edukasi teksnis dan spesial lebih menengok ke Republik Islam Iran ketimbang ke negara-negara lainnya dan hal ini merupakan nilai dan kebanggaan tersendiri bagi para pengajar kita, pandangan mereka tentang bagian khusus ke republik Islam Iran sudah cukup untuk menjadi nilai yang positif.
Sang pengajar tersebutpun menjelaskan tentang kadar pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap para qori Iran dan tilawah di Iran. Para qori Iran sering kali datang ke Indonesia, tahun lalu para qori Iran mentilawah di majelis-majelis mereka. Bahkan sekarang ini juga ada agenda antara Konsultan Kebudayaan Republik Islam Iran di Indonesia dan aliansi Qurra dan hafiz Indonesia, yang karenanya akan ada pertukaran para qori, sebagaimana juga para qori Iran akan berkunjung ke Indonesia, para qori istimewa Indonesia juga akan berkunjung ke Iran, namun saat ini belumlah terealisasi.
Menurtunya, masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan baik dengan para qori Iran, banyak sekali para qori yang hadir, bahkan sebagian dari mereka mengenal para qori Iran dengan nama, bahkan mereka juga menyimak tilawah Mohsen Haji Hassani Kargar di Malaysia.
"Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kecintaan khusus dengan para qori Iran, menurut saya titik terpenting antara kita dan mereka adalah kedekatan mereka dengan Syiah, mereka benar-benar Ahlulbait Syafi’i dan banyak sekali dari kalangan mereka adalah para habaib, karena Arab Indonesia berasal dari Yaman. Mayoritas mereka memiliki buku silsilah. Ini merupakan kapasitas bagus untuk melakukan kerjasama lebih antara qori Indonesia dan Iran,” ungkapnya.
Gholamreza Shahmiveh mengingatkan, mereka juga sangat menentang wahabi dan ini adalah poin yang sangat posifit sekali, disamping itu mereka juga menunjukkan sambutan, penghormatan, yang menunjukkan keakraban, kelembutan dan kecintaan mereka dengan para qori Iran.
Di penghujung ia mengisyaratkan bahwa perjalanan ini atas undangan resmi Dr. H.Agil Munawwar. Dan dalam menjawab pertanyaan apakah sebelumnya ada seseorang dari Iran yang diundang untuk mengajar Al-Quran di negara Indonesia ataukah tidak, mengatakan, saya tidak ada informasi, namun mereka sendiri mengatakan ini adalah pertama kalinya belajar di bagian edukasi suara dan nada dan itupun dalam tingkat seorang ustad non Indonesia.
http://iqna.ir/fa/news/3488276