IQNA

Di Seminar Indonesia:

Keadilan yang Dikehendaki Alquran Juga Mencakup Musuh

15:07 - December 01, 2019
Berita ID: 3473652
IRAN (IQNA) - Berbicara di sebuah seminar di Universitas Syarif Hidayatullah di Jakarta, atase kebudayaan Iran mengatakan: “Keadilan yang diharapkan Alquran tidak terbatas pada orang-orang yang beriman, tetapi begitu luas dan lebar, yang juga mencakup musuh.”

Menurut laporan IQNA dilansir dari organisasi kebudayaan dan komunikasi Islam, seminar Generasi Milenial dan Implementasi Misi Nabi dalam Menciptakan Persatuan Umat dan Negara-negara Islam diadakan atas prakarsa atase kebudayaan Iran di Indonesia yang bekerjasama dengan kamar Iran Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dr. Yusuf Rahman, dekan Fakultas Ushuluddin Indonesia, dengan berterimakasih kepada atase kebudayaan Iran di Indonesia karena memperkuat kamar Iran universitas ini, mengatakan: “Kegiatan semacam itu tidak dipungkiri dapat berdampak positif pada hubungan ilmiah dan budaya antara kedua negara yang lebih baik.”

Dia menambahkan: Seminar ini akan berguna dalam mendorong siswa untuk belajar dan menjadi lebih akrab dengan realitas Islam dan pentingnya persatuan di antara umat Islam, serta untuk memperjelas jalan masa depan mereka.

Mehrdad Rakhshandeh, atase kebudayaan Iran di Indonesia, sebagai tamu istimewa, mengatakan: Menurut ayat dan perintah Ilahi, Nabi (saw), sebagai utusan terakhir, memiliki misi untuk menciptakan komunitas yang bersatu, inklusif, moderat dan seimbang serta saleh dan adil. dengan kata lain, menciptakan masyarakat dan bangsa terbaik sejak awal penciptaan.

Dia melanjutkan: Utusan terakhir Allah juga bertanggung jawab untuk merealisasikan keadilan dan mengajak umat Islam pada keadilan. Alquran berusaha membangun masyarakat yang mengupayakan keadilan bagi semua. Dengan demikian, implementasi keadilan yang diharapkan Alquran tidak dikhususkan pada orang-orang beriman, tetapi begitu luas bahwa itu juga termasuk musuh dan bahwa keadilan harus dilakukan kepada mereka.

Rakhshandeh menambahkan: di era Imam Khomeini dan Pemimpin Tertinggi, Ayatullah Ali Khamenei selalu menekankan persatuan dunia Islam sebagai strategi dan ini telah termanifestasikan dalam Revolusi Islam. Dengan demikian, ini adalah salah satu kata yang paling banyak digunakan dalam kata Imam dan Rahbar adalah persatuan di dalam dan dunia Islam.

Penekanan pada Penteladanan Siroh Nabi

Idris Masudi, wakil sekretaris Pusat Studi dan Pengembangan Hak Asasi Manusia NU, mengatakan: "Orang Indonesia merayakan maulid Nabi Islam saw setiap tahun dan ini adalah tanda cinta dan minat mereka dan tujuan dari penyelenggaraan perayaan ini adalah untuk menciptakan spirit dalam kehidupan sehari-hari, mentauladani siroh beliau dan untuk menjelaskan keutamaan dan etika yang baik dari Nabi dan tujuan dari pengangkatan Rasul saw dalam hadis adalah menyempurnakan akhlak, dan demikian juga mengajarkan Alquran dan pensucian jiwa.

Dia menekankan: Nabi Muhammad (saw) harus menjadi tauldan bagi setiap Muslim dan perilaku Nabi dalam janji persaudaraan Muhajirin dan Ansar dan perjanjian Madinah adalah bukti kinerja beliau terhadap persatuan umat manusia.

Pembicara berikutnya adalah Rifma Ghulam Dzaljad, Wakil Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Dr. Hamka, yang mengisyaratkan pentingnya mengadakan seminar semacam itu di lingkungan akademik mengatakan, “Generasi milenial, dengan mempraktikkan sirah Nabawi, harus mengubah diri mereka menjadi generasi terbaik umat dan membangun kehidupan mereka berdasarkan amar ma’ruf dan nahi munkar serta iman kepada Allah swt.”

Pembicara terakhir pada seminar tersebut adalah Dr. Eva Nugraha, ketua ulumul Quran dan tafsir Universitas Syarif Hidayatullah. Dia mengatakan: Islam di Indonesia tersebar dengan mengadakan program-program Islam di desa dan kota. Islam memiliki aspek sosial dan keagamaan, yang berarti kesehatan, berlepasdiri, dan penyembuhan, serta penerapannya di semua negara Islam berarti perdamaian, penghormatan, menjauhi keburukan, penyembuhan dan kebenaran, pencapaian keinginan dan doa.

 

https://iqna.ir/fa/news/3860554

Kunci-kunci: indonesia ، seminar ، Keadilan
captcha