IQNA melaporkan, saat ini ada 1,9 miliar Muslim yang tinggal di seluruh dunia. Menurut penelitian oleh Dinar Standards Institute, Muslim menghabiskan sekitar $2,02 triliun per tahun di sektor halal, yang mencakup produk dan layanan mulai dari makanan hingga pariwisata. Tingkat pertumbuhan tahunan industri makanan halal diproyeksikan mencapai 3,5% antara 2019 - 2024.
Faktor utama pertumbuhan industri halal di dunia Islam dapat dikaitkan dengan beberapa faktor: 1- Peningkatan populasi Muslim 2- Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan.
Menurut laporan ekonomi Islam Dinar Standards Indonesia, Bangladesh, Mesir, Nigeria, dan Pakistan adalah lima pasar dengan potensi konsumen halal yang tinggi. Dalam beberapa dekade terakhir, Malaysia telah banyak berinvestasi dalam menetapkan standar halal untuk barang dan jasanya, mencoba menjadikan industri halal sebagai bagian penting dari produk domestik bruto negara itu. Negara ini secara bertahap memperkenalkan dirinya sebagai pusat produksi, ekspor, pelatihan, dan pengembangan standar halal di seluruh dunia.
Integrasi perusahaan yang bergerak di bidang halal
Pada 9 September tahun ini, Malaysia meluncurkan database digital Platform Terintegrasi Halal. Langkah ini merupakan bagian dari strategi Perusahaan Pengembangan Halal Malaysia untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah di bidang tersebut.
Perlunya konvergensi global untuk mengembangkan industri halal
Adli Mohamad, seorang pejabat senior di Organisasi Pengembangan Halal Malaysia, mengatakan: “Lingkungan bisnis halal tidak bisa dijalankan oleh satu orang, ruang ini membutuhkan kerjasama pemerintah, bank, perusahaan manufaktur dan transportasi yang merupakan kombinasi dari sektor publik dan swasta tidak hanya di Malaysia tetapi juga internasional.”
Ketergantungan pada bahan baku asing
Jika Malaysia ingin meningkatkan perdagangan halalnya dan mengurangi defisit perdagangannya, maka harus memproduksi lebih banyak barang dengan dukungan sistem sertifikasinya. Namun untuk menghasilkan makanan olahan yang menyumbang 70% industri halal Malaysia, diperlukan bahan impor yang harus ditelusuri sepanjang rantai produksinya.
Merek teh terbesar di China, Tae Tea, adalah salah satu dari perusahaan tersebut. Perusahaan melihat peluang baru di kalangan konsumen Muslim di Asia Tenggara, Timur Tengah dan Eropa melalui sertifikasi halal dan berencana untuk memperluas produksinya di Malaysia.
Malaysia pusat konsultasi para aktivis halal di dunia
Dalif Anwar mengatakan, “Konseling halal adalah sistem pendukung Malaysia untuk kemajuan semua pelaku ekonomi halal. Pemerintah dan otoritas agama telah mengakui hal ini, dan beberapa telah melakukan perjalanan ke Malaysia melalui saluran diplomatik untuk mendapatkan manfaat dari pengalaman halalnya.” (hry)