IQNA

Kedudukan Nabi Ibrahim (as) dan Derajat Islam dalam Alquran

10:28 - April 05, 2022
Berita ID: 3476670
TEHERAN (IQNA) - Kata "Islam" secara istilah mengacu pada ritual yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad (saw). Tetapi kata ini memiliki arti umum dalam Alquran, yang juga disebutkan dalam menjelaskan nabi Ibrahim, dan memperkenalkan konsep ini lebih luas daripada sebuah agama, tetapi juga religiositas yang sejati.

Kata Islam berasal dari akar kata ketundukan, yang keduanya berarti ketaatan; taat kepada seseorang atau sesuatu dan jangan pernah mendurhakainya. Kata Islam digunakan dalam Alquran untuk nabi Ibrahim. Dan 127 dan 128 dari surah Baqarah berbunyi, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Dalam ayat-ayat ini dan sejenisnya, Islam berarti penyerahan mutlak kepada perintah Tuhan dan apa yang datang dari-Nya. Ada berbagai derajat ketundukan dalam menjalankan perintah Tuhan. Derajat terendah Islam adalah menyatakan keyakinan akan keesaan Tuhan dan ajaran ilahi lainnya, yang kita sebut Dua Kalimat Syahadat. Namun makna keislaman Ibrahim dalam ayat-ayat tersebut adalah tingkatan yang lebih tinggi, yaitu penyerahan diri kepada Tuhan sedemikian rupa sehingga manusia tidak menganggap dirinya sebagai pemilik sesuatu dan mengenal Tuhan sebagai pemilik sesungguhnya dari segala sesuatu dan bahkan keberadaan dirinya. Dalam hal ini, kehendak Tuhan akan menjadi kehendaknya, dan segala usahanya adalah untuk mendapatkan keridhaan Tuhan.

Menarik untuk dicatat bahwa di antara ayat-ayat Alquran yang telah dibahas dengan berbagai audien seperti "Hai orang-orang yang beriman ...", "Wahai Nabi ..." dll, ada beberapa ayat dimulai dengan "Hai manusia ... " dan menunjukkan bahwa kitab wahyu ini bukan untuk ras, suku atau kelompok tertentu, tetapi telah memasukkan semua orang dalam ajakan umumnya dan mengajak mereka untuk menyembah satu Tuhan dan memerangi segala kemusyrikan dan penyimpangan dari tauhid.

Sumber: Al-Mizan fi Tafsir al-Quran, ditulis oleh Sayyid Muhammad Hussein Tabatabai, yang dikenal sebagai Allamah Tabatabai. Penulis buku ini, yang dianggap sebagai salah satu tafsir kontemporer terdalam, telah mencoba menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan menggunakan ayat-ayat lain dengan referensi minimal ke teks selain teks-teks Alquran. (HRY)

captcha