Bulan Muharram mengingatkan pada sebuah peristiwa luar biasa yang dianggap sebagai salah satu tonggak sejarah Islam. Imam Husein (as), cucunda Nabi Muhammad (saw), yang merupakan tauladan revolusioner, bergerak dari Makkah ke Kufah (salah satu kota Irak) selama musim haji, dengan tujuan kebangkitan politik dan agama .
Kisah singkat ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan besar di benak: Apa tujuan penting yang lebih penting dari menunaikan ibadah haji? Hanya 50 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad saw (680 M), penyimpangan seperti apa yang terbentuk di tengah-tengah umat dan pemerintah sehingga penghulu pemuda surga (ungkapan yang digunakan Nabi tentang Imam Husein) harus bangkit dalam komunitas Muslim?
Pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan betapa hebatnya peristiwa yang kita hadapi. Sebuah peristiwa yang, dengan peristiwa "Asyura" pada hari 10 Muharram, menghadapkan kita dengan kejutan yang lebih besar: Imam Husain, yang dikenal semua Muslim karena kesalehan dan ketaatannya yang sejati kepada Islam, di hadapan para penguasa zalim, dia ditinggalkan sendirian bersama keluarganya dan 72 orang sahabatnya dan menjadi syahid. Riwayat-riwayat sejarah telah menyatakan bahwa jumlah tentara lawan adalah antara 10 ribu - 30 ribu, yang membunuh sahabat Imam Husein (as) dengan kekejaman yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagaimana yang ada dalam sepanjang sejarah, elegi rinci telah diungkapkan untuk kesyahidan dari masing-masing sahabat imam.
Kumpulan khotbah, pidato, surat dan wasiat Imam Husein (as) yang tercatat dalam sejarah adalah cara terbaik untuk mengetahui tujuan dan motivasi kebangkitan Asyura dan dengan merujuk pada hal-hal di atas akan memberikan jawaban yang tepat untuk pertanyaan-pertanyaan ini
Mengapa Bangkit?
Imam Husein (as) menulis kepada saudaranya Muhammad bin Hanafiyyah dalam sebuah wasiat yang ditulis kepadanya ketika meninggalkan Madinah dan pada saat berpamitan dengannya, beliau menceritakan tujuan gerakannya sebagai berikut:
«انی لم اخرج اشرا ولا بطرا ولا مفسدا ولا ظالما، وانما خرجت لطلب الاصلاح فی امة جدی محمد ارید ان آمر بالمعروف وانهی عن المنکر و اسیر بسیرة جدی محمد وابی علی بن ابی طالب... »
“Sesungguhnnya aku tidak keluar karena lupa daratan, mengingkari kenikmatan, berbuat kerusakan di muka bumi ini, atau berbuat kezaliman. Akan tetapi, aku keluar (menentang pemerintah yang zalim) demi mencari perbaikan umat kakekku, Muhammad saw. Aku ingin memerintahkan kepada kebaikan (makruf) dan mencegah kemunkaran, dan aku akan berjalan dengan jalan yang telah digariskan oleh kakekku, Muhammad saw, dan ayahku, Ali bin Abi Thalib (as).”
Imam Husein (as) demikian juga selama musim haji hadir di tengah-tengah para ulama dan elit dari berbagai wilayah Islam di kota Makkah, dengan pidato yang penuh semangat dan bergelora, sambil mengingatkan tugas berat dan serius para ulama dan sesepuh dari kota-kota untuk melindungi esensi agama dan keyakinan umat Islam dan konsekuensinya yang diam terhadap kejahatan Bani Umayyah (penguasa tanah Islam pada saat itu), mengkritik sikap bungkam mereka terhadap kebijakan anti-agama dan menyimpang dari penguasa Umayyah dan menganggap setiap kerjasama dan kompromi dengan mereka sebagai dosa yang tak terampuni.
Di akhir pidatonya, Imam menyatakan tujuan tindakan dan kegiatannya melawan sistem penguasa penindas, yang terwujud dalam bentuk gerakan beberapa tahun kemudian:
«... اللهم انک تعلم انه لم یکن ما کان منا تنافسا فی سلطان، ولا التماسا من فضول الحطام، ولکن لنری (لنرد) المعالم من دینک، و تظهر الاصلاح فی بلادک، ویامن المظلومون من عبادک، ویعمل بفرائضک و سننک واحکامک...»
“Ya Allah, Engkau tahu bahwa apa yang telah kami lakukan (seperti perkataan dan tindakan terhadap penguasa Bani Umayyah) bukanlah karena persaingan dan berlomba-lomba dalam pemerintahan dan menginginkan lebih banyak harta dunia yang tidak berarti; sebaliknya, itu untuk melihat (mengembalikan) ajaran-ajaran agama-Mu, mengungkapkan perbaikan di tanah-Mu. Kami ingin hamba-hamba-Mu yang tertindas, merasa aman dalam menjalankan kewajiban-kewajiban, sunnah-sunnah dan hukum-hukum-Mu...”.
Dengan cermat dalam kalimat-kalimat ini, kita dapat memahami empat tujuan utama Imam Husain as dari tindakan dan aktivitas yang dilakukannya selama era pemerintahan Yazid untuk kebangkitan: