IQNA

Nafsu Lawwamah; Penegur Internal Manusia

10:42 - August 14, 2022
Berita ID: 3477153
TEHERAN (IQNA) - Manusia melakukan banyak hal baik dan buruk selama hidupnya. Biasanya, reaksi orang terhadap perbuatan baik adalah perasaan internal yang menyenangkan, dan terhadap perbuatan buruk, itu adalah teguran dan penghakiman internal. Tentu saja, jika perasaan ini belum hilang dengan pengulangan tindakan-tindakan buruk dan tidak terpuji.

Ada kekuatan di dalam diri manusia yang mencegahnya melakukan hal-hal buruk, atau jika dia melakukan sesuatu yang buruk, itu menegur atau menghakiminya; dalam kitab-kitab dan teks-teks Islam, indra dan kekuatan batin ini disebut Nafsu Lawwamah.

Nafsu Lawwamah berarti nafsu yang menegur. Dalam hal ini, Ayatullah Mohammad Taqi Misbah Yazdi mengatakan bahwa itu adalah keadaan jiwa di mana seseorang menyesali kesalahan-kesalahannya dan menyalahkan dirinya sendiri. Ada juga yang mengatakan bahwa nafsu lawwamah adalah hati nurani yang menyalahkan seseorang setelah melakukan dosa dan membuatnya menderita siksaan hati nurani. Istilah ini digunakan dalam surah Al-Qiyamah ayat 2:

وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”.

Nafsu Lawwamah berlawanan dengan Nafsu Ammarah dan Nafsu Muthmainnah. Nafsu Ammarah adalah keadaan jiwa di mana seseorang tidak mendengarkan perintah akalnya dan beralih ke dosa. Nafsu Muthmainnah juga merupakan suatu keadaan yang menjadi kebiasaan sebagai hasil dari pengulangan, memperhatikan akal dan mengikutinya, dan seseorang mendapat kepastian dan ketenangan dari melakukannya.

Menurut ulama dan mufassir Muslim, fakta bahwa manusia memiliki beragam nafsu, seperti Nafsu Ammarah, Lawwamah dan Muthmainnah, tidak bertentangan dengan kesatuan jiwa atau identitas manusia. Mereka meyakini bahwa manusia tidak memiliki lebih dari satu jiwa atau identitas atau diri dan istilah-istilah ini menunjukkan keadaan dan tingkat berbagai jiwa.

Dalam kitab-kitab tafsir telah dikemukakan berbagai penafsiran tentang Nafsu Lawwamah, seperti pengertian Nafsu Lawwamah adalah jiwa seorang mukmin yang menyalahkan dirinya sendiri atas dosa atau kelemahan dalam perbuatan baik. Allamah Thabathabai menerima pandangan ini.

Pandangan lain percaya bahwa nafsu ammarah adalah jiwa semua manusia, baik atau buruk, pada hari kiamat; Karena pada hari ini, para pelaku kejahatan menyalahkan diri mereka sendiri karena tidak mengamalkan ketakwaan, dan orang-orang baik menyalahkan diri mereka sendiri karena tidak banyak beribadah lagi. Pandangan ini dinisbatkan pada Abdullah bin Abbas.

* Murtadha Muthahhari (1919-1979) adalah seorang penulis yang produktif di berbagai bidang ilmu-ilmu keislaman. Sejarah, fikih, filsafat dan isu-isu sosial yang luas dari perspektif Islam adalah bagian dari kegiatan intelektualnya, yang hasilnya telah diterbitkan dalam 28 jilid dengan judul Majmu’e-e Atsar (kumpulan karya-karya) nya.

* Mohammad Taqi Misbah Yazdi (1935-2021), adalah penulis sebuah karya berjudul Tafsir Tematik Al-Qur'an. Dia adalah seorang peneliti dan profesor filsafat dan etika Islam dan menulis berbagai karya di dua bidang ini.

 

captcha