Dalam Alquran, kita memiliki sebuah ayat yang pada awalnya dia berbicara kepada orang-orang di dunia dan berkata:
يا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جاءَكُمْ بُرْهانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَ أَنْزَلْنا إِلَيْكُمْ نُوراً مُبِيناً
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)”. (QS. An-Nisa: 174)
Dalam ayat ini, kita memiliki dua istilah: Satu adalah "bukti yang jelas" yaitu dengan kalimat "burhan" dalam bahasa Arab dan yang lainnya adalah "cahaya terang" yang dalam bahasa Arab berarti "Nurun Mubin". Menurut riwayat, yang dimaksud dengan "burhan" adalah sosok Nabi dan arti "Nurun Mubin" adalah Alquran. Dan sesungguhnya Nabi adalah burhan dan dalil agama, karena seseorang yang belum menuntut ilmu, membawa ilmu dan kitab-kitab tersebut, dan seiring berjalannya waktu dan ilmu berkembang, semakin jelas kebenaran agama dan kedalaman ajarannya.
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, bukankah cahaya itu sendiri sudah jelas? Karena kita dapat melihat cahaya dengan jelas dengan mata kita, lalu mengapa dalam ayat ini disebutkan bahwa Alquran adalah cahaya yang terang benderang?
Alquran adalah cahaya yang selain memiliki cahaya hakiki dan batin, juga menerangi selain dirinya sendiri. Seperti lampu di jalan raya, dan orang dapat melanjutkan perjalanannya selama lampu itu menyala, tetapi begitu cahaya lampu ini diambil, menghadapi masalah dalam pekerjaannya.
Sejatinya, Alquran juga dalam kondisi yang sama, dan jika cahaya Alquran diambil dari manusia, maka manusia akan tersesat dan tidak akan bisa sampai ke tujuan.
Dalam ayat ini dan ayat berikutnya, Allah telah menentukan awal dan takhir dari cahaya ini: "Min Rabbikum" berarti cahaya ini berasal dari Tuhan dan titik awal dari cahaya ini adalah Tuhanmu, dan pada ayat berikutnya Allah berfirman:
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَ اعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَ فَضْلٍ وَ يَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِراطاً مُسْتَقِيماً
“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.” (QS. An-Nisa: 175)
Yakni, "iman" dan "menggenggam/berpegang teguh pada cahaya Alquran" membuat seseorang mendapat manfaat dari rahmat Tuhan dan menjadi dasar untuk bimbingan selanjutnya oleh Allah, yang pada akhirnya berakhir di surga dan nikmat-nikmat-Nya yang tak ada habisnya.
Makna “berpegang pada cahaya Alquran” dalam ayat tersebut adalah memperhatikan ajarannya dan melaksanakan program-program kebahagiaan Alquran dalam kehidupan, yang menuntun seseorang ke jalan yang benar. (HRY)