Menurut Iqna, mengutip Palestine Chronicle, Jamal Kanj, seorang penulis Palestina dan kritikus sosial dunia Arab, dalam sebuah catatannya menunjukkan upaya Zionis Yahudi untuk membuat sejarah dan memalsukan teks sejarah dan agama untuk membuktikan identitas eksistensial mereka sendiri: Yahudi Zionis pada umumnya, dengan menggunakan tipu muslihat Zionisme (mengubah teks sejarah menjadi dokumen untuk menegaskan Zionisme), mencoba menggunakan teks agama non-historis seperti Alquran - yang tidak diterima oleh Yahudi Zionis - untuk pembersihan etnis tentang sejarah palestina.
Selain merujuk pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, gerakan Zionis juga mengacu pada Alquran, kitab suci umat Islam, dan mengklaim bahwa nama "Israel" muncul berkali-kali dalam Alquran, sedangkan "Palestina" tidak disebutkan dalam Alquran. Zionis memanfaatkan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap Alquran dan ingin menggunakannya sebagai sumber sejarah jika hal tersebut selaras dengan kebiasan dan revisionisme sejarah mereka.
Istilah “Israel” dalam Alquran mempunyai arti yang sama dalam kitab Yosua (ayat 24:3-15). Dimana ini mengacu pada anak-anak Yakub dan "Israel" digunakan sebagai pengganti nama Yakub. Demikian pula Alquran menyebut Bani Israil (anak-anak Yakub) sebagai suku Yakub (as) dan bukan sebagai sebuah negara. Demikian pula Alquran telah menamai anak-anak Adam (as) sebagai Bani Adam.
Oleh karena itu, istilah "Bani Israel" atau frasa terkaitnya, Bani Yakub, menyampaikan konsep kesukuan dan tidak menunjukkan entitas geopolitik, seperti halnya rujukan "Bani Adam" tidak berarti negara bernama Adam.
Alquran tidak menyebutkan nama negara secara eksplisit, apakah Arab atau non-Arab, karena konsep negara-bangsa modern yang diinginkan oleh rezim pendudukan seperti yang kita kenal sekarang belum ada 1500 tahun yang lalu.
Namun, di antara tiga kitab suci agama monoteistik, hanya Perjanjian Lama yang secara eksplisit mengidentifikasi Palestina sebagai negara tersendiri; bukan sebagai sebuah suku. Dalam kitab Keluaran 13:17 disebutkan: “Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat.”
Filistin adalah padanan fonetik dari kata bahasa Inggris Palestina dalam bahasa Arab.
Zionis sangat kurang ajar sehingga mereka melakukan dekontekstualisasi ayat-ayat Alquran untuk menyebarkan kebohongan mereka (mengabaikan sebagian teks dan persepsi pribadi). Namun mereka mengabaikan teks keagamaan komprehensif yang secara langsung bertentangan dengan konsep yang ingin mereka promosikan. Karena Palestina sebagai suatu wilayah adalah salah satu dari sedikit tempat yang disebutkan dalam Alquran dan hadis Nabi (saw).
Alquran mengacu pada Baitul Maqdis dalam surah Al-Isra’ ayat pertama:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
Ayat ini jelas menekankan kesucian Baitul Maqdis dan sekitarnya bagi umat Islam. Penafsirannya berbeda-beda, ada yang menerjemahkannya sebagai merujuk pada Palestina kontemporer, sementara yang lain menyarankan cakupan yang lebih luas yang mencakup Palestina dan negara-negara tetangganya. (HRY)