Salah satu metode pendidikan yang digunakan oleh para utusan Ilahi dan nabi adalah metode berdebat. Munadzoroh digunakan dalam sastra Persia yang berarti berdebat, berdiskusi bersama, bertanya dan menjawab bersama, memikirkan bersama tentang kebenaran dan hakikat sesuatu.
Debat adalah salah satu jenis sastra yang dibentuk berdasarkan dialog antara dua pihak atau lebih, tentang suatu topik yang di dalamnya masing-masing pihak mengungkapkan isi dan alasan untuk membuktikan klaimnya, topik perdebatan dapat berupa ideologi, moral, atau masalah ilmiah, sosial. Dalam beberapa debat, mencari pencapaian kebenaran.
Tujuan perdebatan tidak selalu untuk mendapatkan superioritas atas orang lain. Tujuan perdebatan formal adalah untuk mencapai kebenaran suatu hal, berbeda dengan argumentasi yang tujuannya untuk membungkam musuh dan mengatasinya. Namun tujuan ini tidak selalu diperhatikan dalam perdebatan.
Salah satu tujuan perdebatan adalah pendidikan. Pendidikan tidak langsung yang masih melekat dalam pikiran. Seruan untuk melakukan reformasi dan pelarangan pengrusakan di muka bumi merupakan salah satu program pokok seruan, atau dengan kata lain, agama Ilahi. Selain persoalan individu, juga mengamati keadaan masyarakat dan mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam reformasi masyarakat dan melawan pengrusakan.
Nabi Musa (as), yang merupakan salah satu nabi berkedudukan tinggi di sisi Allah swt menggunakan metode ini.
Pertama-tama, hal ini ditujukan kepada Fir’aun dan pejabat pemerintahannya, karena kerusakan sosial dan penyimpangan lingkungan hidup tidak dapat diselesaikan hanya dengan reformasi individu dan sikap saja. Sebaliknya, para pemimpin masyarakat dan mereka yang memegang kendali politik, ekonomi dan kebudayaan harus direformasi terlebih dahulu sehingga landasan untuk mereformasi masyarakat lainnya dapat tersedia. Ini adalah pelajaran yang diberikan Alquran kepada seluruh umat Islam untuk mereformasi masyarakat Islam.
Ada dua jenis pendekatan ayat Alquran dalam hal ini:
ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ مُوسَىٰ وَهَارُونَ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ بِآيَاتِنَا فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ
“Kemudian sesudah rasul-rasul itu, Kami utus Musa dan Harun kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mukjizat-mukjizat) Kami, maka mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Yunus: 75)
Dan faktanya kita melihat Nabi Musa (SAW) pertama-tama diutus ke arah Fir’aun dan para pemimpin pemerintahannya, inilah salah satu rencana Nabi Musa (as) untuk menyelamatkan Bani Israel dari cengkeraman kolonialisme Fir’aun dan melepaskan mereka dari tanah Mesir, dan hal ini tidak mungkin terjadi tanpa diskusi dan perdebatan dengan Fir’aun.
وَقَالَ مُوسَى يَا فِرْعَوْنُ إِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَقِيقٌ عَلَىٰ أَنْ لَا أَقُولَ عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ۚ قَدْ جِئْتُكُمْ بِبَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَرْسِلْ مَعِيَ بَنِي إِسْرَائِيلَ قَالَ إِنْ كُنْتَ جِئْتَ بِآيَةٍ فَأْتِ بِهَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
“Dan Musa berkata: "Hai Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam,
wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku".
Fir'aun menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar". (QS. Al-A’raf: 104-106)
Di bagian ayat ini, Anda dapat melihat sebagian perdebatan antara Nabi Musa dan Fir’aun. Nabi Musa (as) ketika pertama kali bertemu dengan Fir’aun menyapanya seperti ini: Wahai Fir’aun, sebuah sapaan yang dengan menjaga kesopanan, menghindari segala bentuk sanjungan dan mengungkapkan penghambaan kosong. (HRY)