Tidak diragukan lagi, semua umat manusia mencari kesempurnaan dan kebahagiaan, namun dalam kesempurnaan dan kebahagiaan manusia, sekelompok besar orang, karena kurangnya kepercayaan pada landasan agama, menganggap kebahagiaan mereka dalam batas-batas sistem material dan duniawi, seperti memperoleh kekayaan, ketenaran, atau kekuasaan.
Ada pula yang menganggap kesempurnaannya dalam hal fasilitas materi, seperti sekelompok kaum Musa as yang berkata: “Yā laita lanā miṡla mā ụtiya qārụnu innahụ lażụ haẓẓin 'aẓīm/ Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". (QS. Al-Qasas: 79)
Suatu kelompok menganggap kehormatan dan kesempurnaannya berada pada pusat ilmu material dan mereka senang dengan hal itu, “fariḥụ bimā 'indahum minal-'ilmi/mereka senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka.” (QS. Al-Ghafir, 83)
Ada pula yang menganggap kehormatan mereka terletak pada kekayaan yang besar dan jumlah penduduk yang banyak, “ana akṡaru mingka mālaw wa a'azzu nafarā/ "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.” (QS. Al-Kahfi: 34)
Ada pula yang menganggap kemakmuran dan keselamatan mereka berada pada poros pemaksaan dan pencarian superioritas, seperti yang dikatakan Firaun: “Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat” (QS. Taha: 64).
Namun dari sudut pandang Islam, jalan terbaik dan tertinggi menuju kebahagiaan adalah pendidikan dan pensucian jiwa (QS. Asy-Syams: 9).
Dan diutusnya nabi-nabi dan pemuka agama mempunyai tujuan yang sama:
لقد منّ اللَّه على المؤمنین اذ بعث فیهم رسولاً من انفسهم یتلوا علیهم آیاته و یزكیهم و یعلّمهم الكتاب و الحكمة
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah.” (QS. Ali Imran: 164)
Dalam Alquran banyak sekali perintah-perintah yang menjadi tanda keluhuran budi pekerti, dan disebutkan contohnya.
لاینهاكم اللَّه عن الذین لم یقاتلوكم فى الدین و لم یخرجوكم من دیاركم ان تبرّوهم و تقسطوا الیهم
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)
و لاتطرد الذین یدعون ربهم بالغداة و العشىّ یریدون وجهه
“Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridaan-Nya.” (QS. Al-An'am: 52)
Yang penting rangkaian perintah akhlak dan sejenisnya ini bertujuan untuk melatih dan membina jiwa manusia serta mengembangkan jalan beribadah dan menghamba kepada Allah swt.
Diambil dari buku “Roh-e Rushd” yang ditulis oleh Ayatullah Mohsen Qaraati. (HRY)