IQNA

Haji dalam Islam/ 3

Nilai Perjalanan Haji

7:59 - October 30, 2023
Berita ID: 3479136
TEHERAN (IQNA) - Begitu berharganya perjalanan haji sehingga jika unta itu najis, mereka tidak akan menungganginya untuk perjalanan haji. Bisakah pesawat terbang dengan bahan bakar sembarang bensin? Mungkinkah melakukan penerbangan rohani tanpa persiapan dan informasi yang diperlukan?

Haji bukanlah perjalanan yang sederhana dan biasa, melainkan manifestasi Islam.

Islam memiliki tiga bentuk:

Dalam bentuk kata adalah Alquran

Dalam wujud manusia, adalah Imam

Dan bentuk perbuatannya adalah haji

Semakin kita mengulangi perjalanan ini dan semakin kita berpikir, kita akan sampai pada titik yang baru.

Ka'bah adalah bendera di mana kita harus berkumpul dan menyanyikan lagu-lagu tauhid, mengingat Hari Pembalasan dan sejarah.

Melihat pemandangan Makkah menafsirkan Alquran untuk kita. Bukankah Alquran mengatakan bahwa kita akan memenangkan kebenaran? Di manakah para Abu Jahal yang memutuskan untuk membuat syahid Rasulullah saw, yang sendirian dalam salat dan sujud yang memukul kepala sucinya dengan batu?  

Dalam haji, ada tatanan yang menakjubkan; dalam orbit tertentu, jumlah tertentu, waktu tertentu, arah tertentu, dan tujuan tertentu.

Haji dilaksanakan menurut tanggal lunar, sehingga terkadang pada musim dingin dan terkadang pada musim panas, dan jamaah tidak perlu khawatir akan dingin dan panas

Haji adalah mishdaq dari ayat “Fafirru ilallah”, yang artinya bergerak menuju Tuhan.

Saat salat kita berpisah sejenak dari materi, saat puasa beberapa jam, dan saat haji kita harus ihram beberapa hari beberapa malam.

Haji adalah manifestasi dari ayat “Wa qāla innī żāhibun ilā rabbī sayahdīn”, bahwa sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku

Bergerak di jalan Ilahi dan menunaikan ibadah haji harus di bawah pengawasan ulama dan sesuai fatwa marja Taqlid. Oleh karena itu, hendaknya kita tidak bertanya kepada orang yang bukan ulama, memperbaiki salat sendiri kita sebelum berangkat, menentukan marja taqlid kita, dan membayar hak finansial yang wajib agar kita tidak mendapat kendala dalam perjalanan surgawi ini. Begitu besar nilai perjalanan ini sehingga tidak ada gunanya membicarakan masalah makanan dan tempat, atau menyampaikan keluhan, atau menceritakan kesalahan sesama seperjalanan. Dalam perjalanan Ilahi ini, kesederhanaan, pengorbanan, moral, pemikiran dan doa, partisipasi dalam salat berjamaah bersama kaum muslimin  dan memperhatikan etika adalah hal yang urgen.

* Diambil dari buku "Haji" yang ditulis oleh Ayatullah Mohsen Qaraati

 

Kunci-kunci: Ibadah Islam ، Haji Tamattu’
captcha