
Dalam pertemuan darurat BRICS yang membahas serangan gencar Israel di Gaza, Raisi menyatakan bahwa klaim pendudukan Israel bahwa perang di Gaza dimulai setelah peristiwa 7 Oktober adalah sebuah distorsi realitas.
Ia mempertanyakan apakah kemartiran warga Palestina di Tepi Barat ada hubungannya dengan Hamas.
“Dalam satu tahun ini, sebanyak 200 warga Palestina menjadi syahid. Adakah yang punya roket di Gaza dan Tepi Barat?” tanyanya.
Raisi menyatakan bahwa karena Dewan Keamanan PBB pada dasarnya tidak berguna, maka “negara-negara anggota BRICS perlu mengadopsi resolusi yang mengikat di Majelis Umum PBB dalam kerangka Mekanisme Perdamaian PBB melawan rezim Zionis dan dengan tujuan menghentikan kejahatan terhadap rakyat Gaza.”
Ia menyebut pembunuhan yang terus berlanjut terhadap warga sipil tak berdosa, khususnya perempuan, anak-anak, pekerja kesehatan, dan jurnalis merupakan “tindakan terorisme,” dan menekankan perlunya menyebut pendudukan Israel sebagai “organisasi teroris”.
Presiden Iran itu juga menambahkan bahwa Amerika Serikat harus diadili di pengadilan pidana internasional begitu pula sekutu-sekutunya atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan karena membantu dan mendukung tindakan Israel. Selain itu, dia mengatakan bahwa anggota BRICS harus membentuk “misi internasional khusus” untuk menyelidiki kejahatan pendudukan Israel agar kejahatan tersebut dapat dipublikasikan dan menghukum para penjahat yang bertanggung jawab.
Raisi juga menyoroti pentingnya anggota BRICS untuk menghentikan pengepungan di Gaza dan menciptakan “jalur permanen dan aman” untuk bantuan kemanusiaan, selain segera memutuskan hubungan politik, ekonomi, dan militer mereka dengan “Israel”.
Pada hari Senin, saat berpidato di depan presiden 50 negara, Raisi menyerukan persatuan negara-negara merdeka dalam rangka mencabut pengepungan Gaza dan mengakhiri kekejaman rezim Zionis di Palestina. (HRY)
Sumber: arrahmahnews.com