IQNA

Az-Zahra, Tuntutan dan Panutan Muslimah

18:18 - December 24, 2023
Berita ID: 3479391
TEHERAN (IQNA) - Az-Zahra adalah manusia dalam wujud muslimah yang memiliki kualitas seorang Rasul. Kehidupan Az-Zahra adalah perjuangan, sejak terlahir Az-Zahra menyaksikan perjuangan demi perjuangan ibu dan ayahnya dalam menegakkan Islam

“Dan Muhammad tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya, ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.” (Q.S. An-Najm: 4)

20 Jumadil Akhir, 6 tahun kenabian Rasulullah saw, Allah memberikan karunianya yang terbesar bagi umat manusia untuk menjalani fungsi kekhalifahannya di muka bumi ini Allah menurunkan sebuah bukti kasih-Nya dengan menurunkan umat kebanggaan semesta alam; yang bila manusia berilmu mereka akan tahu bahwa inilah suatu jalan kehidupan yang lurus, yang harus difahami untuk kemudian didifinisikan pada diri dalam mendasari semua pola tindak dan pola pikir guna mencapai kebahagiaan pada kehidupan kekal nantinya.

Az-Zahra, seolah telah terprogram secara sempurna sejak masuk ke dalam system kehidupan ini. Az-Zahra adalah putri Rasulullah saw yang dijamin Allah SWT melalui Rasul-Nya. Harkatnya dijaga dan dipelihara dalam naungan kenabian dan keimanan. Beliau adalah muslimah spiritual, muslimah ilahiyah, manusia sejati. Sebelum kedua benih suci bersatu dalam rahim yang penuh berkah Allah telah menitipkan sesuatu (makanan) dari surga dan Rasulullah berkata bila aku rindu akan surga aku cium Fatimah.

Az-Zahra adalah manusia dalam wujud muslimah yang memiliki kualitas seorang Rasul. Kehidupan Az-Zahra adalah perjuangan, sejak terlahir Az-Zahra menyaksikan perjuangan demi perjuangan ibu dan ayahnya dalam menegakkan Islam, tidak jarang tangan mungil itu ikut membersihkan kotoran, najis dan darah yang mengalir di pundak ayahnya. Az-Zahra yang kecil dididik langsung oleh ibu dan ayahnya yang suci, kejadian demi kejadian menimpa, Az-Zahra semakin matang, dengan pandangan dan pikiran sempurna beliau menerima Ali sebagai suami tanpa memperhitungkan apapun kecuali kebenaran ilahiyah.

Semua perjuangan dan tantangan dalam kehidupannya dikembalikannya pada prinsip dan tuntunan awal, perbedaan ia jadikan awal persamaan.  secara proporsional ia meletakkan dirinya dalam setiap peranan yang ia mainkan, saling mengisi, melengkapi satu sama lain dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Fenomena alami yang merupakan sunnatullah,  ia jalani dengan sabar dan ikhlas. Ia merubah kondisi yang begitu menyedihkan, di mana kekerasan, beban kerja dan pelecehan seksual terhadap muslimah di zaman itu diantisipasinya dengan ilmu dan akhlak yang tinggi serta keyakinannya atas firman Allah SWT: “Dan sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra'd: 11)

Perwujudan sempurna dari dimensi-dimensi keberhasilan manusia terlukis dalam kehidupannya dengan dibentengi keimanan yang sempurna Az-Zahra langsung masuk ke dalam kehidupan duniawi secara total dengan multifungsinya beliau seolah menggambarkan pada umat manusia pada semua lapisan dan golongan, dengan ilmu dan imannya menjawab semua tantangan mengisi semua peluang tergambar sosok muslimah sempurna yang dengan kehendak Allah untuk berimprovisasi. Dalam kehidupannya, Az-Zahra dengan tegas dan jelas menggambarkan fungsi tugas tanggung jawab hak dan posisinya sebagai makhluk yang berperan langsung (sebagai Muslimah) dalam menata umat, mulai dari dalam kandungan mendidik anak sehingga dapat menciptakan generasi penerusnya yang Istimewa. Sebagai istri yang dapat dijadikan tauladan sampai pada posisi sosial kemasyarakatan semua itu beliau jalani tidak hanya dengan kata-kata namun dengan akhlak yang amat mulia.  

Rasulullah mengingatkan pada umatnya; Fatimah adalah bagian dariku barang siapa menyakitinya berarti melukaiku barang siapa membuatnya gembira berarti membahagiakanku, jaminan yang merupakan isyarat Rasulullah saw pada manusia merupakan suatu konsep dasar bagi manusia yang berpikir.

Azzahra adalah lambang reformasi muslimah yang sempurna, destruksi ideologis dan sosial kultural saat itu menjadi tantangan baginya untuk berjuang. Tidak pernah tergambar rasa takut dalam menuntut kebenaran Az-Zahra tidak pernah menghamba pada penguasa, dia berjuang mempertahankan haknya sekalipun harus mengorbankan dirinya. Az-Zahra telah meletakkan keadilan dan kesabaran menjadi senjatanya, baiatnya pun tidak ia berikan pada siapapun kecuali pada orang yang berhak secara ilahiyah, bukan hanya karena cinta semata, namun karena menegakkan kebenaran dan untuk menyelamatkan umat sesudahnya. Kehidupan Az-Zahra yang serba singkat dalam visi, namun lengkap dan panjang sepanjang sejarah kehidupan manusia. Visi dan misi Az-Zahra haruslah dijadikan model bertindak dan berpikir bagi setiap muslimah dalam menegakkan keadilan dan mencapai tujuan. (HRY)

captcha