Menurut Iqna mengutip Arabi 21, sebuah situs Malaysia melaporkan penutupan sementara hampir 50 cabang jaringan kedai kopi multinasional Starbucks di Malaysia; tindakan ini dipengaruhi oleh semakin intensifnya kampanye boikot yang populer terhadap merek-merek komersial pendukung rezim Zionis di negara ini.
Berjaya Food, yang mengelola operasional Starbucks di Malaysia, mengatakan keputusan tersebut diambil sebagai dampak dari sentimen masyarakat atas konflik di Timur Tengah, yang mengurangi pendapatan dan kerugian bersih sebesar 38,2 juta ringgit ($8,6 juta) selama kuartal kedua tahun ini.
Perusahaan menegaskan bahwa penutupan sementara adalah bagian dari strategi untuk memangkas biaya sekaligus melindungi hak-hak karyawan; sedemikian rupa sehingga pegawainya telah disebar ke cabang lain untuk menjamin kelangsungan pemberian pelayanan tanpa mempengaruhi pekerjaan.
Menurut MyBank Group, bank terbesar di Malaysia, jaringan kedai kopi Starbucks mengalami penurunan penjualan yang signifikan karena boikot yang terus berlanjut dari para pendukung Palestina.
MyBank memperingatkan bahwa Starbucks dapat menghadapi penurunan penjualan jangka panjang sebagai akibat dari kemarahan masyarakat atas dugaan hubungannya dengan Israel dan Amerika Serikat.
Meskipun Starbucks tidak secara resmi masuk dalam daftar boikot yang diluncurkan oleh gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) di Malaysia, analis di MyBank yakin bahwa merek tersebut mungkin akan kehilangan daya tariknya untuk selamanya.
Perusahaan Berjaya Food juga mengumumkan bahwa dengan kerugian sebesar 7,1 juta dolar pada kuartal keempat tahun ini, pendapatan tahunan perusahaan turun lebih dari 50% dan mencapai 124,19 juta ringgit ($28 juta).
Saham perusahaan tersebut, yang sangat bergantung pada pendapatan Starbucks, telah anjlok hampir 37 persen sejak awal tahun. (HRY)