Dr. Halit Eren dan 40 Tahun Pengabdian di Bidang Budaya dan Seni Islam dan Alquran
Menurut Iqna, pada abad awal Hijriah, dan sejak masa khalifah Abbasiyah pertama, gerakan penerjemahan yang meluas dimulai. Delegasi melakukan perjalanan ke Roma, India, Iran, Cina, Merv, dan Balkh untuk mengumpulkan buku dan tulisan Yunani kuno. Pusat-pusat penerjemahan didirikan di banyak kota bergengsi, seperti Jundishapur dan Baghdad, dan mereka menerjemahkan dokumen-dokumen Yunani. Menariknya, pada era yang sama, dan khususnya di maktab Imam Ja’far Shadiq (as) dan Imam Baqir (as), para ulama Islam, Yahudi, dan Kristen duduk bersama untuk berdiskusi satu sama lain tanpa fanatisme agama apa pun guna memajukan ilmu pengetahuan.
Poin yang menonjol yang dapat dilihat dalam gerakan penerjemahan adalah usaha dan jerih payah para penerjemah dari setiap negara dalam menerjemahkan karya mereka ke dalam bahasa Arab. Ini berarti bahwa masing-masing suku yang berbeda mencoba menyebarkan pandangan dan keyakinan mereka di kalangan umat Islam lebih awal daripada suku lainnya. Kompetisi ini memberikan dorongan bagi percepatan penerjemahan di masyarakat Islam.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa tulisan-tulisan serta buku-buku Yunani, Suryani, India, dan Iran diberikan kepada penerjemah yang tidak hanya menguasai bahasa tersebut, tetapi kadang-kadang juga terlibat dalam mengkritik, memeriksa, dan bahkan mengoreksi sumber-sumber di bidang apa pun.
Dalam hal ini, Al Jazeera Network mewawancarai Dr. Halit Eren, seorang penerjemah Turki terkemuka dan aktif dalam studi Alquran.
Dr. Halit Eren, seorang penerjemah bahasa Turki dan direktur Pusat Studi Sejarah, Seni, dan Budaya Islam (IRCICA), adalah seorang tokoh terkemuka yang telah memainkan peran utama dalam mendukung budaya dan memperkuat dialog antara peradaban Timur Tengah dan Asia Tengah, khususnya antara bahasa Arab dan Turki.
Halit Eren telah memimpin banyak program di bidang studi Alquran, sejarah dan peradaban Islam, dan hubungan antarperadaban, serta pengarsipan dan dokumentasi manuskrip. Ia juga merupakan pendiri dan anggota lebih dari 15 lembaga dan asosiasi budaya dan ilmiah di sejumlah negara di seluruh dunia.
Halit Eren menguasai beberapa bahasa yang masih hidup di dunia, termasuk bahasa Inggris, Arab, dan Yunani, dan juga dapat berkomunikasi dalam bahasa Persia dan Slavia.
Tindakan-tindakan Qurani Dr. Halit Eren
Penerjemah Turki ini menjelaskan tentang karya Alquran-nya: “Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah memulai proyek untuk mempelajari manuskrip Alquran tertua di dunia. Misalnya, ada salinan Alquran di Museum Topkapi di Istanbul, Kairo, dan Yaman yang belum diteliti secara menyeluruh.”
“Ada salinan Alquran lainnya di Masjid Al-Husein (as) di Kairo dan Perpustakaan Manuskrip Zainabiyah. Ada pula salinan yang disimpan di Yaman yang dikaitkan dengan Ali bin Abi Thalib. Saya juga mengunjungi Masjid Agung Sana'a dan menemukan salinan Alquran di sana,” imbuhnya.
Dr. Halit Eren berkata: “Kami umat Islam percaya bahwa Alquran telah sampai kepada kita sebagaimana diwahyukan, berdasarkan firman Allah SWT:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya”. (QS. Al-Hijr: 9) Setelah wafatnya Rasulullah (saw), umat Islam mengumpulkan Alquran dan pada masa Utsman bin Affan, salinan Alquran disiapkan dan didistribusikan di berbagai kota seperti Kufah, Basra, Madinah, dan Makkah.
“Hasil kajian kami menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara versi-versi Alquran yang berbeda, dan sebagian perbedaan yang kadang disebutkan disebabkan oleh kesalahan para juru tulis Alquran,” ungkapnya. HRY)
