Menurut seorang koresponden IQNA yang dikirim ke Qazvin, di nuansa semerbak harum Imamzadeh Husein (as) di Qazvin, melodi bergema yang memiliki warna dan aroma langit. Naghom yang mengalir dari tenggorokan para remaja yang masih setengah jalan dalam hafalannya, namun melodinya memancarkan kemurnian dan ketulusan yang mengingatkan kita kepada para qari hebat di masa lalu.
Festival Nasional Tilawah Tiruan kedua tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga lokakarya untuk menumbuhkan jiwa dan suara. Sebuah tempat di mana para calon al-Minshawi dan Abdul-Basit di masa depan mempraktikkan lantunan-lantunan pertama pertumbuhan dewasa mereka. Dalam festival ini, tiruan hanya sekedar tahapan, bukan tujuan; Ini adalah jembatan yang membawa remaja dari masa bayi hingga dewasa dan mengubah lantunan pertama menjadi suara abadi.
52 qari dari 20 provinsi berkumpul dalam majelis bercahaya ini. Mereka masing-masing adalah duta sebuah kota, sebuah rumah, dan sebuah keluarga yang telah menanamkan kecintaan terhadap Alquran dalam jiwa mereka. Ini bukan sekadar tempat untuk menguji keterampilan vokal dan nada, tetapi juga tempat menguji kesabaran, ketekunan, dan keimanan. Para remaja yang memasuki arena ini tidak hanya menemukan suara mereka, tetapi juga karakter dan tekad mereka diuji.
Setiap suara yang keluar dari tenggorokan para remaja ini mengangkat tirai di jalan kemajuan.
Menurut penyelenggara acara, yang membedakan festival ini bukan hanya alunan suara merdu para qari. Suatu kompetisi, sekalipun diselenggarakan pada tingkat nasional, jika fokusnya hanya pada kompetisi, maka yang tersisa hanyalah nama-nama beberapa orang terpilih. Tetapi festival ini lebih dari sekedar kompetisi. Di sinilah para calon penentu tilawah masa depan dididik, di mana para remaja belajar ilmu lain selain keterampilan vokal dan tonal.
Saat ini, Qazvin menjadi tuan rumah suatu acara yang lebih dari sekadar kompetisi, lebih dari sekadar festival. Ini adalah tempat di mana suara-suara memiliki aroma spiritualitas dan mata tertuju pada hari esok yang lebih cerah. Inilah tempat lahirnya bintang-bintang masa depan.
Apa ada yang tahu? Mungkin bertahun-tahun kemudian, pada suatu pertemuan internasional, di sebuah masjid di Mesir, atau dalam suatu pertemuan Alquran di Makam Suci Razavi, sebuah suara akan muncul yang akan mengejutkan dunia. Barangkali saat ini, salah seorang qari pada hari ini telah menjadi seorang yang besar namanya di dunia qari, dan ia akan mengenang hari-hari ini; saat masih remaja, ia mencoba meniru guru-gurunya, tanpa tahu bahwa ia sendiri suatu hari akan menjadi guru. (HRY)