Menurut koresponden IKNA, Hossein Simaee Sarraf, Menteri Sains, Riset, dan Teknologi, mengatakan pada pertemuan Menteri Sains negara-negara Islam, yang diselenggarakan hari ini, 19 Mei, yang diselenggarakan oleh Kementerian Sains, Riset, dan Teknologi Republik Islam Iran di Teheran: Platform dialog Organisasi Kerja Sama Islam sedang mengalami transformasi besar dengan mengadakan pertemuan keduanya. Meskipun platform ini berumur pendek, namun faktanya platform ini telah mengikutsertakan pemerintah yang menjadi penggerak utama di balik terwujudnya berbagai isu mendasar, seperti transformasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi menjadi arus utama pembuatan kebijakan pembangunan dan kemajuan di negara-negara Islam, merupakan pertanda betapa berharganya kedudukan platform ini.
“Hari ini, dengan kehadiran Anda di pertemuan puncak ini, langkah maju lainnya sedang diambil di Teheran untuk merencanakan dan secara sistematis mengejar kemajuan sains dan teknologi di dunia Islam. Transformasi dalam sains dan teknologi berlangsung dengan kecepatan yang mencengangkan. Sembilan tahun yang lalu, para pembuat kebijakan pemerintahan Islam menyelesaikan Rencana Aksi Sains, Teknologi, dan Inovasi 10 tahun berbasis konsensus pada tanggal 1 Juni 2016, di Islamabad, Pakistan. Sebuah dokumen yang penulis dan pelaksananya bertujuan untuk mengatasi tantangan pembangunan yang tepat dalam berbagai dimensi selama periode 10 tahun,” lanjut menteri Sains.
Simaee Sarraf menyatakan bahwa saya dan rekan-rekan telah mempelajari dokumen ini dengan saksama sehingga langkah-langkah sistematis dapat diambil untuk mewujudkannya. “Dokumen ini tidak mengandung jejak atau tanda-tanda isu paling utama dan sensitif yang sedang dibahas akhir-akhir ini di dunia dan dunia Islam, yaitu kecerdasan buatan. Menyadari kebutuhan ini, Republik Islam Iran mendirikan Institut Pemantauan dan Kutipan Sains dan Teknologi Dunia Islam dua dekade lalu untuk memantau teknologi dan inovasi,” ujarnya.
Menteri Sains menekankan: “Dunia sedang mengalami transformasi yang luar biasa di bawah pengaruh kecerdasan buatan. Dari pertanian hingga perawatan kesehatan, perawatan medis, sistem otonom dan robotika hingga pemrosesan bahasa alami, kecerdasan buatan (AI) menunjukkan potensi luar biasa untuk memajukan kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Laporan terkini dari Dana Moneter Internasional meramalkan bahwa kecerdasan buatan akan meningkatkan PDB global setiap tahun antara tahun 2025 dan 2030.”
Ia melanjutkan: “Laporan lain mengatakan bahwa kecerdasan buatan akan menambah antara $15 dan $19 triliun pada PDB global selama periode yang sama. Meskipun negara-negara ekonomi baru dan berkembang kurang siap untuk menikmati manfaat dari fenomena menakjubkan ini, ada kekhawatiran bahwa manfaat AI tidak akan didistribusikan secara adil di seluruh dunia. Amerika Utara dan China akan merasakan manfaat terbesar dari AI, sedangkan negara-negara yang dikenal sebagai Global Selatan memberikan kontribusi lebih sedikit”. (HRY)