IQNA

Houthi: AS Syok Hadapi Serangan Yaman; Andai Konflik Berlanjut, Aksi Lebih Besar Menanti

10:12 - May 20, 2025
Berita ID: 3482090
IQNA - Anggota Dewan Politik Tertinggi, Mohammed Ali Al-Houthi, menegaskan bahwa posisi strategis Yaman di Laut Merah merupakan jaminan bagi keamanan nasional Arab.

“Justru Amerika-lah yang memicu perang dan melakukan militerisasi di Laut Merah,” ujar Al-Houthi dalam wawancara bersama Al-Masirah TV pada Minggu malam. Ia menegaskan bahwa operasi Angkatan Bersenjata Yaman menjadi jaminan bagi Mesir dan Terusan Suez.

“Yaman berdiri bersama Mesir, dan Kairo berhak penuh atas kedaulatan Terusan Suez,” tambahnya.

AS Gagal Atasi Taktik Militer YamanPaket perjalanan ke YamanPaket wisata ke Amerika Serikat

Al-Houthi menjelaskan bahwa agresi Amerika terhadap Yaman tidak dilanjutkan demi siapa pun, melainkan karena serangan langsung dan berkelanjutan terhadap kapal perang di Laut Merah. Ia menyebut kapal induk Amerika berada dalam kondisi gelisah dan tidak stabil karena taktik militer Yaman yang menentang norma konvensional kekuatan musuh.

“Amerika tidak menyangka operasi militer Yaman akan mencapai level seperti ini. Jika pertempuran berlanjut, akan ada aksi yang jauh lebih besar,” tegasnya.

Ia menyatakan bahwa pasukan Yaman berhasil menghancurkan reputasi media dan aura kekuatan kapal induk AS.

Sikap Tegas Yaman Kontras dengan Kepengecutan Dunia Arab

Kepada pihak-pihak yang meremehkan posisi Yaman, Al-Houthi menyindir, “Kalian bahkan tidak mampu bersuara tegas. Yang kalian hasilkan hanyalah pernyataan lemah terhadap agresi dan arogansi mereka.”

Ia menambahkan bahwa pernyataan-pernyataan lemah itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah Palestina.

“Sekarang sudah semakin jelas bagi banyak negara bahwa posisi Yaman sangat erat kaitannya dengan Gaza.”

Ia menekankan perubahan besar dalam dinamika konflik dan aturan konfrontasi, menyebut bahwa serangan terhadap objek bergerak merupakan lompatan kualitas dalam operasi militer dan kesiapan menghadapi musuh.

“Trump si kriminal pernah melancarkan kampanye tekanan besar terhadap Yaman dan gagal – semua orang tahu itu.”

Kecaman terhadap Liga Arab dan Negara-Negara Teluk

Terkait sikap memalukan Liga Arab, Al-Houthi menyebut bahwa lembaga itu “sudah dikubur lama” dan “tidak pernah mengambil satu pun posisi Arab yang terhormat – baik untuk Gaza maupun yang lainnya.”

Ia menggambarkan kunjungan Trump ke negara-negara Teluk sebagai “tur pemerasan untuk menguras uang, bukan untuk membangun.” Al-Houthi menegaskan bahwa Yaman tidak memiliki harapan terhadap rezim-rezim Arab yang masih terjebak dalam kekalahan dan kehancuran psikologis.

Ia menyayangkan negara-negara Arab yang memiliki berbagai alat untuk menekan Israel namun gagal menggunakannya – bahkan sekadar memutuskan hubungan diplomatik pun tidak dilakukan.

“Tidak ada keuntungan bagi bangsa Arab untuk berkontribusi dalam solusi-solusi palsu yang bertujuan melikuidasi perjuangan Palestina,” tegasnya.

Peringatan Terakhir: Jika Yaman Diam, Murka Allah Menanti

Al-Houthi memuji peran Angkatan Bersenjata Yaman yang “bahkan memaksa Amerika sendiri untuk meminta penghentian serangan.” Ia memperingatkan, “Jika Yaman berhenti mendukung Gaza, maka hukuman dari Allah akan jauh lebih dahsyat daripada apa pun yang bisa dilakukan AS atau Israel.”

Menanggapi genosida dan pembantaian mengerikan terhadap rakyat Palestina, Al-Houthi menegaskan, “Kejahatan yang dilakukan oleh musuh Zionis di Gaza mencerminkan pola pikir Yahudi yang sangat dalam,” dan menyesalkan bahwa “uang Teluk yang diberikan kepada Trump seharusnya dikaitkan dengan syarat menghentikan genosida dan membuka jalur bantuan.”

Trump dilaporkan telah mengumumkan penghentian serangan terhadap Yaman, menandai mundurnya AS di bawah tekanan serangan Yaman yang berkelanjutan di Laut Merah. Keputusan ini, yang dimediasi oleh Oman, mencerminkan kegagalan Washington dalam melindungi Israel maupun menghentikan operasi militer Yaman yang mendukung Gaza.

Awalnya Yaman hanya menargetkan aset-aset Israel, namun sejak keterlibatan AS pada bulan Maret, pasukan Amerika juga menjadi target. Serangan intens Yaman memaksa AS mundur, membuka kelemahan Israel dan menunjukkan retaknya koordinasi antara AS dan Israel.

Meskipun ada kesepakatan gencatan senjata dengan AS, Pemimpin Revolusi Sayyed Abdulmalik telah memperingatkan bahwa jika AS kembali melakukan agresi terhadap Yaman, maka rakyat Yaman siap sepenuhnya untuk melawannya. (HRY)

 

Sumber: arrahmahnews.com

captcha