Menurut Iqna mengutip Al-Masa’, permintaan ini membantu mengisi waktu luang anak-anak dan mendorong mereka untuk menghafal Alquran. Statistik juga menunjukkan hal ini; menurut Murad Ibrahimi, Direktur Urusan Agama Provinsi Blida, telah terjadi peningkatan signifikan jumlah siswa yang bersekolah di sekolah-sekolah ini, dan pada awal Juli, jumlah relawan telah mencapai lebih dari 50.000. Angka ini menunjukkan peningkatan 100 persen dibandingkan tahun lalu, ketika 25.000 siswa mendaftar.
Blida, yang telah lama dikenal sebagai "Kota Cendekiawan", menonjol dari kota-kota lain karena karakteristik keagamaannya. Keluarga-keluarga sangat ingin agar anak-anak mereka dididik dalam berbagai ajaran agama dengan menghadiri masjid. Hal ini tidak terbatas pada anak laki-laki, tetapi juga mencakup anak perempuan, karena masjid menjadi tempat berkumpulnya banyak anak-anak dari segala usia, terutama pada pagi hari dan setelah salat Ashar, untuk menerima pendidikan secara tradisional dan komunal. Setiap anak diharuskan untuk menghafal Alquran sebanyak mungkin, sementara kelompok usia yang lebih muda hanya diharuskan untuk mendengarkan ayat-ayatnya.
Menurut sejumlah orang tua, sekolah Alquran merupakan salah satu tempat terpenting yang membantu mereka mengisi waktu luang anak-anaknya dan membantu mendidik mereka, terutama karena keluarga menghadapi kurangnya tempat bermain yang aman dan meningkatnya bahaya di jalan.
Di sisi lain, Murad Ibrahimi, Direktur Urusan Agama Provinsi Blida, menekankan bahwa departemennya sangat mementingkan pendidikan Alquran, mengingat perannya dalam mendukung otoritas keagamaan dan membantu mencegah penyimpangan sosial dan perilaku.
“Permintaan akan pendidikan Alquran di Blida terus berlanjut sepanjang tahun, tetapi selama liburan musim panas, jumlah peserta kelas Alquran meningkat karena penutupan lembaga pendidikan,” imbuhnya. (HRY)