“Utsman Thaha atau Abu Marwan Utsman bin Abduh bin Husein bin Thaha al-Halabi al-Kurdi, adalah seorang penulis masyhur dan popular Al-Quran dalam dunia Islam, lahir pada tahun 1934 M di kawasan Afrin, termasuk kawasan penduduk Kurdi Suriah. Dia lebih dari 30 tahun bermukim di kota Madinah dan kurang lebih juga bisa menguasai bahasa Persia,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari harian Al-Ahram, cetakan Mesir.
Ustman Thaha dikarenakan upaya-upaya seninya yang ia tuangkan dalam ranah Al-Quran dan penulisannya, telah dikenal dengan nama tersebut, ini adalah sebuah Al-Quran yang dapat ditemukan di setiap rumah kaum muslimin, baik di Timur dan Barat dunia Islam, dia menulis mushaf Madinah al-Munawwaroh dengan khat indahnya, yang kemudian dicetak oleh penerbit Malik Fahd.
Sampai sekarang ini, Utsman Thaha telah menulis kaligrafi 10 Al-Quran dengan pelbagai narasi, yang telah dicetak dalam ratusan juta eksemplar dan ratusan juta orang dari para pecintanya di dunia telah membaca naskah Al-Quran tersebut.
Dia pertama kalinya menulis Al-Quran pada tahun 1970 M untuk Departemen Wakaf Suriah, kemudian pada tahun 1988 dia menjadi penulis Al-Quran lembaga percetakan dan penerbitan Malik Fahd dan menulis mushaf Madinah dengan keterampilan dan keindahan khusus dan karena inilah dia memiliki popularitas internasional.
Utsman Thaha sejak saat itu sampai sekarang, tetap aktif di lembaga percetakan Al-Quran Malik Fahd. Meskipun berusia delapan puluh tahun, namun dia masih tetap berantusias menulis kembali Al-Quran dan menurut penuturannya, setiap kali merampungkan penulisan satu Al-Quran, ruh dan jiwanya kembali berantusias untuk menulis Al-Quran yang lebih indah dari sebelumnya.
Utsman Thaha untuk sekarang ini tinggal di kawasan Hay al-Azhari, Madinah al-Munawwaroh. Muhammad al-Mughrabi, Reporter harian al-Ahram mendatangi penulis terkenal Al-Quran ini dan melakukan wawancara dengannya sebagai berikut:
Sejak kapan ide penulisan Al-Quran terlintas pada benak Anda?
Harapan saya atau setiap penulis adalah suatu hari dapat menulis Al-Quran sampai puncak seni kaligrafinya dan penghambaan dan keistimewaannya diperlihatkan dihadapan sang pencipta alam semesta dan juga bermanfaat untuk kaum muslimin, karena Al-Quran adalah Kalamullah dan kaum muslimin dalam setiap waktu dan masa merujuk pada kitab tersebut. Sementara ada juga para kaligrafer lainnya karena kedudukan dan martabat tinggi nan agung Al-Quran, mereka takut untuk menulis Al-Quran.
Sejak kapan Anda menulis Al-Quran?
Saya dari pihak Departemen Wakaf Suriah berkewajiban untuk menulis Al-Quran, meskipun sebelumnya saya sempat ragu terhadap penulisan pekerjaan agung ini, dan saya takut untuk melakukannya.
Berapa Al-Quran yang sudah Anda tulis sampai sekarang ini?
Lebih dari 10 naskah dan keseluruhannya dengan khat Ustmani dan telah ditulis dengan pelbagai narasi.
Sejak kapan Anda bekerja di Lembaga Malik Fahd?
Ketika pembukaan lembaga Malik Fahd di Madinah al-Munawwaroh, para pejabat lembaga ini mencari naskah Al-Quran dengan khat Utsmani dan ditulis dengan narasi Hafsh. Khatnya sangat jelas dan bacaannya sangat mudah, sebuah Al-Quran yang saya tulis untuk Darul Shamiah, Damaskus menjadi perhatian dan kepuasan mereka dan ketika mereka melihat naskah ini, mereka sangat berminat dengan khat dan gaya penulisannya dan akhirnya mereka sampai pada kesimpulan bahwa setelah melakukan sebagian perubahan, akan mencetaknya di lembaga tersebut.
Setelah itu, komite ilmiah lembaga Malik Fahd pada tahun 1988 M menyetujui dengan kedatangan saya ke Arab Saudi dan aktivitas saya dalam lembaga ini sebagai penulis Al-Quran-Al-Quran Madinah al-Munawwaroh dan saya datang ke negara ini dan selanjutnya saya menetap di kota Madinah.
Selanjutnya, saya menulis Al-Quran lainnya dengan narasi Hafsh, sebuah Al-Quran yang setiap halamannya selesai dengan sebuah ayat dan ringkasnya saya menjalankan semua eksperimen saya di situ dan kesimpulannya adalah sebuah maha karya yang akhirnya sangat agung nan indah, yang dianggap sebagai salah satu dari Al-Quran-Al-Quran terkemuka dan kebanggaan lembaga, yang diterima oleh semua kaum muslimin sedunia.
Penulisan Al-Quran lainnya dengan narasi Hafsh dan dengan khat Utsman Thaha sesuai mushaf Syamarly (termasuk Al-Quran-Al-Quran Populer di Mesir) dan Al-Quran-Al-Quran dengan narasi Warsh, Qalun dan al-Duri merupakan karya-karya saya yang dicetak dan diterbitkan oleh lembaga Malik Fahd.
Tolong jelaskan perasaan Anda, khususnya perasaan spiritual Anda ketika menuliskan Al-Quran!
Penulis Al-Quran sedari kecil sudah harus harmonis dengan Al-Quran dan mengetahui tilawah dan hafalan kalam wahyu Ilahi, dan mengenal bahasa Arab dengan baik, orang tua saya sedari kecil telah mengajari saya teks-teks bahasa Arab, pembahasan-pembahasan fikih dan akidah, dengan ini semua saya siap untuk menulis Al-Quran dan mengambil manfaat dari makna-makna ayat-ayat Ilahi dan wahyu ini.
Al-Quran memiliki ayat-ayat pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, ketika saya menulis ayat-ayat kabar gembira, saya mengetahui nikmat-nikmat Allah (Swt) di dunia dan akhirat, saya sangat tenang, gembira dan maju pelan-pelan. Namun ketika menulis ayat-ayat pemberi peringatan dimana Allah memperingatkan orang-orang kafir, zalim dan para pelalai-Nya, saya merasa berhati-hati, hati saya merasa sumpek dan terhimpit dan rasa ketakutan menyelimuti saya dan bahkan dalam banyak waktu saya melupakan diri saya dan nafas saya terasa sangat sesak; saya berkeringat dan saya berusaha untuk menuliskannya dengan secepatnya sehingga dapat terbebaskan dari kondisi yang menakutkan ini dan tidak ada kesalahan dalam menulis ayat-ayat tersebut.
Ketika saya sedang menulis Al-Quran, saya tidak perihatin dengan urusan-urusan dunia dan saya melupakannya dan ini adalah kondisi bagi setiap para kaligrafer ketika sedang menulis ayat-ayat Al-Quran dan meminta bantuan supaya terjaga dari segala bentuk kesalahan dalam penulisan kalam wahyu Ilahi.
Khat memiliki beberapa jenis, khat manakah yang paling mudah dan manakah yang paling susah?
Khat tersusah adalah khat Tsulus, yang mana di situ tersimpan keindahan, kekuatan dan kemegahan dan karena inilah ia dinamakan sebagai “Raja dari khat”, ketika berbicara mengenai khat Arab, sejatinya berbicara tentang khat Tsulus dan maksudnya adalah jenis khat ini, seorang penulis yang tidak mengetahui corak kaligrafi ini bukanlah seorang kaligrafer.
Di akhir, apa perbedaannya antara khat Nasakh yang ditulis dalam Mushaf Madinah dengan khat Nasakh biasa?
Saya dalam mushaf ini menjaga metode khusus dalam penulisan Al-Quran, yaitu penggoresan kalimat dan peletakan harakat di atas huruf dan pemberian alamat, yang mana masyarakat sangat menyukainya dan metode serta kejelasan dan keindahan serta kemudahan membantu sekali dalam bacaan.