Menurut laporan IQNA, seperti dinukil dari Daily Sabah, perang intern Sri Lanka sejak tahun 1983 sampai 2009 antara pemerintah dan kelompok militan separatis Macan Tamil (atau lengkapnya Macan Pembebasan Tamil Eelam) menyebabkan problem bagi masyarakat, lingkungan dan ekonomi Sri Lanka dan menyebabkan terbunuhnya kurang lebih 100 ribu orang.
Etnis muslim Sri Lanka menjadi target Macan Tamil dalam peristiwa perang intern. Ratusan ribu orang terasingkan dari rumahnya, kepemilikan mereka dirusak dan banyak dari mereka juga terbunuh.
Macan Tamil untuk sampai kepada tujuannya dalam menciptakan sebuah negara homogen tamil di bagian utara Sri Lanka, memaksa 95 ribu muslim keluar dari propinsi utara negara ini.
Pengasingan ini sampai kini masih menyisakan kenangan pahit bagi kaum muslimin. Pada tahun 2002, pemimpin kelompok Macan Tamil secara resmi meminta maaf atas pengasingan kaum muslimin dari utara.
Para pakar muslim sangat minim dalam bagian kedokteran, insinyur dan ketrampilan-ketrampilan lainnya. Karena minimnya kesempatan di Sri Lanka, banyak sekali para ahli berimigrasi mencari pekerjaan ke luar negeri, khususnya negara-negara Timur Tengah, Amerika, Eropa, Kanada dan Australia.
Urusan kaum muslimin Sri Lanka ditangani oleh Kantor Urusan Kebudayaan dan Agama Muslim, yang didirikan pada dekade 1980 guna menghalau isolasi kontinu muslim dari masyarakat Sri Lanka.
Meskipun banyak tekanan, terdapat 749 sekolah Islam di Sri Lanka, 205 markas pendidikan Islam dan sebuah universitas Islam di Beruwala.
Pada musim panas 2014 telah terbentuk pemberontakan-pemberontakan anti-Islam di Barat Daya Sri Lanka. Kaum muslimin dan kepunyaan mereka diserang oleh para penganut Buddha Sinegal, kurang lebih 4 orang meninggal dan 80 lainnya luka-luka. Akibat serangan ke rumah-rumah, toko, pabrik, masjid dan penampungna anak, ratusan orang kehilangan tempat tinggal.
Kurang lebih 10 ribu orang (8 ribu muslim dan 2 ribu Sinegal) dipindahkan oleh para pemberontak. Media-media Sri Lanka atas suruhan pemerintah negara ini tidak meliput berita-berita terkati pemberontakan ini.
Ban Ki-moon, Sekjen PBB dengan mengungkapkan kekhawatiran terhadap pemberontakan anti-Islam dan radikalisme kelompok, meminta pemerintah Sri Lanka supaya menjamin keamanan semua penduduk.
Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Uni Eropa, Organisasi Kerjasama Islam, Lembaga Amnesti Internasional dan Organisasi Pengamat Hak Asasi Manusia dengan mengeluarkan sebuah statemen-statemen mengecam kekerasan terhadap kaum muslimin dan meminta penjagaan keamanan mereka.
Meskipun sekarang ini perang di Sri Lanka sudah tenang, namun luka-luka yang ditinggalkan darinya masih ada kemungkinan kembali dengan bentuk lain. Masalah tidak teratasinya kaum muslimin yang terlunta-lunta, yang hendak kembali ke tempat tinggalnya masih memberikan rasa pahit dan ketidakadilan, yang melemahkan upaya-upaya untuk perdamaian dan rekonsiliasi pasca perang.
Kurang lebih 80% muslim masih belum bisa kembali ke tempat tinggal mereka.
Masalah kaum muslim terlunta-lunta, pada pekan-pekan lalu mendapat perhatian, karena tuduhan-tuduhan dalam media dan prantara kelompok nasionalisme Buddhisme Sinegal, yang tinggal secara ilegal di taman nasional Wilpattu.
Masalah ini menyebabkan demonstrasi-demonstrasi umum dan juga peluncuran komite pencarian dan menyebabkan adanya gerakan-gerakan anti Islam dalam dimensi politik yang lebih besar.