Menurut laporan IQNA, seperti dikutip dari Al-Alam, umat Buddha, Hindu dan Kristen serta sebagian kelompok mazhab Malaysia lainnya berpuasa pada hari Minggu(5/7), dengan tujuan mengumumkan persatuan dengan kaum muslimin negara ini.
Kelompok agamis ini dalam sebuah upaya untuk menunjukkan persatuan rasial-etnis di negara multiras ini berpuasa pada hari Minggu, dengan topik “Puasa untuk Semua Rakyat Malaysia”.
Marina Mahathir, putri Mahathir Mohammad, Eks Perdana Menteri Malaysia yang termasuk salah seorang aktivis sosial, meluncurkan program tahunan sahur untuk semua, dalam acara berbuka puasa persatuan mengatakan, program semacam ini menyebabkan para non-muslim memiliki pengetahuan tentang kondisi kaum muslimin pada bulan Ramadhan.
Malaysia adalah negara multiras, dan meskipun mendapat titik kekuatan dari kombinasi populasi ini, terkadang kontradiksi kebudayaan antar mereka menekan sebagian kondisi badan kebudayaan-sosial negara ini.
Kurang lebih 61% dari populasi 30 juta orang Malaysia adalah muslim, 20% adalah Buddha, 9% adalah Kristen, 7%nya adalah Hindu dan 10% adalah kelompok mazhab dan ideologi lainnya.
Bulan suci Ramadhan di Malaysia, yang mana kurang lebih separuh dari populasinya adalah muslim dan sebagian lainnya adalah non-muslim, memiliki tantangan dan pengalaman tersendiri, tantangan yang mana pemahamannya menuntut terlaksananya keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat multiras ini.
Pada bulan Ramadhan, dimana masyarakat muslim Malaysia melakukan puasa, etnis Cina dan umat Hindu sesuai dengan kegiatan bulan-bulan sebelumnya sibuk dengan kehidupan sehari-harinya, restoran-restoran barat atau non-muslim aktif dan pasar Ramadhan juga dibuka sebelum berbuka untuk kaum muslimin.
Di negara multiras ini, nuansa bulan Ramadhan yang mendominasi kehidupan kaum muslimin, tidak memberikan pembatasan-pembatasan khusus untuk para non-muslim.
Termasuk poin menarik yang perlu diperhatikan adalah kehadiran para non-muslim di pasar-pasar Ramadhan, yang setiap harinya sebelum berbuka, kaum muslimin Malaysia membeli hidangan bukaannya di situ dan membawanya pulang ke rumah.
Para non-muslim juga mencari makanan khusus bulan Ramadhan di pasar-pasar ini dan terkadang juga mereka gembira dengan tibanya bulan suci ini, karena mereka pada bulan ini dapat merasakan makanan, yang tidak ada pada bulan-bulan lainnya.
Masyarakat jalanan sibuk dengan kehidupannya dan jarang sekali terlihat pertentangan dalam populasi multiras ini. Meskipun sebagian gerakan-gerakan ekstrem dari sebagian orang atau kelompok, terkadang menentang kondisi damai ini.