Menurut laporan IQNA, Hujjatul Islam wal Muslimin Doktor Hassan
Rouhani, Presiden Iran, Minggu pagi (27/12), dalam acara pembukaan
Konferensi Persatuan Islam ke-29 yang diselenggarakan di auditorium para
pemimpin, dengan mengucapkan selamat atas tibanya hari kelahiran
Rasulullah (Saw) mengungkapkan, kita sekarang ini dalam kondisi tengah
merayakan hari kelahiran Rasulullah (Saw), dimana kita membutuhkan
jalan, sirah dan akhlak beliau untuk kehidupan, peradaban, persatuan,
kekuatan, pengembangan dan kemajuan kita melebihi masa lainnya.
Dia menjelaskan bahwa sekarang ini citra Rasulullah (Saw) di
tengah-tengah opini dunia lebih terlalimi ketimbang masa lalu. "Jika
suatu hari pikiran dan kesedihan kita adalah para agresor dan adikuasa
asing dan para musuh Islam menimpa jiwa kaum muslimin dan mereka
menjajah salah satu negara-negara Islam, ironisnya saat ini,
ditengah-tengah negara Islam, ada sebuah negara yang menyerang negara
lainnya, meluncurkan bom dan rudal ke atas kepala manusia-manusia yang
tak berdosa nan teraniaya dan atau suatu kelompok yang mengatasnamakan
agama Islam dan jihad, telah membunuh kaum muslimin dan mendiskreditkan
citra Rasulullah (Saw) kepada masyarakat dunia,” ucapnya.
Presiden Iran mengungkapkan, sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh
kami dalam dunia Islam bahwa agresor dan penjajah asli, yakni rezim
Zionis akan terlupakan dari berita-berita dunia Islam dan apa yang
dipaparkan adalah pembunuhan umat muslim oleh tangan kaum muslimin, yang
mana bendera mereka bertuliskan nama suci Allah dan Muhammad Rasulullah
(Saw).
"Sebagai ganti dari memperkenalkan musuh, para agresor dan adikuasa
sebagai simbol kekerasan dan pertumpahan darah, justru ada sekelompok di
dalam dunia Islam yang secara praktis dan secara lisan telah
memperkenalkan Islam sebagai agama kekerasan, pemerasan dan kelaliman
dalam masyarakat,” lanjutnya.
Presiden Iran dengan mengisyaratkan rekomendasi Iran dalam Majelis Umum
PBB, yaitu dunia kosong dari kekerasan mengatakan, rekomendasi Iran
sudah diajukan dalam Majelis Umum, meskipun secara lahiriah rekomendasi
ini mendapat afirmasi semua negara-negara dunia, namun ironisnya dalam
prakteknya langkah yang menunjukkan iktikad baik belumlah dilaksanakan.
Dia menjelaskan bahwa kekerasan muncul dari kekerasan mental dan
pikiran. "Mulanya, mental dan pikiran keluar dari keseimbangan dan apa
yang dipahami dari teks-teks Islam, adalah pemahaman dan pengetahuan
yang salah; pikiran ini berubah menjadi ucapan, perangai dan wacana dan
bahayanya adalah suatu hari ketika wacana kekerasan dan ekstremisme
mendominasi masyarakat Islam dan non Islam, bukan wacana keadilan dan
proporsional,” ungkapnya.
Hassan Rouhani menambahkan, sangat disayangkan pustaka sebagian
sekolah-sekolah agama tentang Islam, Al-Quran dan sirah Rasulullah (Saw)
adalah pustaka radikalisme; pengkafiran muncul dari radikalisme
pikiran, fanatisme dan ketidakadilan.
Dia dengan mengisyaratkan persamaan-persamaan antar kaum muslimin
mengungkapkan, perbedaan di tengah-tengah manusia adalah hal yang sangat
lumrah dan dapat diterima, namun persengketaan dan berhadapan satu sama
lain tidaklah dapat diterima; kenapa kita mengesampingkan pokok-pokok
mendasar yang menyebabkan persatuan?
Ketua Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan melanjutkan, kita memiliki
persamaan pendapat mengenai sabda dan sirah Rasulullah dan kita harus
memperhatikan sirah dan sabda beliau (Saw) sebagai teks yang dapat
dirujuk.
Dia menegaskan bahwa kita memiliki satu identitas Islam. "Adapun yang
diklaimkan sebagai hilal Syiah yang dipropagandakan oleh sebagian orang,
itu adalah wacana sakit dan salah; tidak ada hilal Syiah dan Sunni,
namun kita memiliki purnama Islam dan semua muslim satu sama lain harus
saling bersatu,” ucapnya.
Ketua Dewan Tinggi Keamanan Nasional Negara dengan melontarkan
pertanyaan yaitu kerusakan Suriah dan Irak menguntungkan siapa?
mengatakan, jika jalan-jalan Suriah dan bangunan-bangunan negara
tersebut dihancurkan, jika peninggalan-peninggalan peradaban negara ini
dihilangkan dan minyak negara tersebut dicuri, tak lain hanya akan
menggembirakan Israel dan para musuh Islam.
"84% radikalisme, teror dan pembunuhan terjadi di dalam dunia Islam;
apakah kita tidak semestinya menjawab? Apakah bisa diterima kita menjual
minyak muslim dan kita membeli bom dan rudal dari Amerika dan
menumpahkannya di atas kepala masyarakat Yaman? dan atau kita membeli
rudal-rudal anti peluru Amerika dan mempersembahkannya untuk ISIS dan
kelompok teroris?” imbuhnya.
Presiden Iran menegaskan, sekarang ini terlihat adanya kebungkaman di
hadapan pembunuhan dan kekerasan tersebut dan atau membantu para pelaku
utama pertumpahan darah.
"Kita harus mulai berkinerja dari radikalisme pikiran dan wacana, harus
dihalau kekerasan pikiran dan wacana dan merintangi penunjukan gambar
negatif tentang Islam di dalam dunia sosial media dan dunia nyata;
sekarang ini bahaya besar tidak untuk kaum muslimin dan masyarakat
Libya, Suriah dan Irak semata, namun bahaya terbesar adalah untuk citra
Islam yang welas asih,” ungkapnya.
Dia mengatakan, dalam kondisi semacam ini kita tidak memiliki solusi
kecuali kaum muslimin saling bergandengan tangan; kita undang
negara-negara Islam regional dan luar regional dan bahkan negara-negara
yang menjatuhkan bom dan rudal di atas kepala tetangganya supaya
menghentikan dan mereka memilih solusi yang benar.
Doktor Rouhani mengingatkan, satu tahun silam berapa banyak bom dan
rudal-rudal Amerika yang telah dibeli oleh sebagian negara-negara Islam?
Jika anggaran rudal-rudal tersebut dibelanjakan untuk orang-orang
miskin negara-negara Islam, maka tidak akan ditemukanlagi orang-orang
muslim yang kelaparan.
Dia menyebut kefakiran finansial dan kebudayaan sebagai faktor utama
perekrutan ISIS dan mengatakan, marilah kita sama-sama menghilangkan
kefakiran materi dan kebudayaan di masyarakat.
Presiden Iran mengisyaratkan upaya luas untuk menciptakan persatuan di
kalangan umat muslim. "Mungkinkah persatuan dapat terealisasikan dengan
tanpa koneksi ekonomi dunia Islam? Jika ekonomi, kebudayaan,
universitas, sains, ilmu terkoneksi dengan dunia selain Islam, maka
persatuan adalah hal yang tidak akan terealisasikan,” ungkapnya.
Dia menegaskan bahwa terorisme tidak akan sirna dengan bom. "Dengan
merubah wacana akan dapat menumpas rute terorisme; di Iran ini saat
orang-orang Mongol membunuh para ulama dan mereka menghancurkan
masjid-masjid, namun dengan merubah wacana, yang diciptakan oleh para
ulama, para filofos dan cendekiawan, maka akhirnya orang-orang Mongol
ini menjadi promotor agama dan mereka membangun masjid terbesar,”
ucapnya.
Presiden Iran menambahkan, kewajiban terbesar kita adalah meluruskan
gambaran Islam dalam opini umum dunia; sedari awal kita telah
mengumumkan kepada dunia sesungguhnya jalan kita adalah dunia yang
kosong dari kekerasan dan di negara ini setiap ada problem sebesar
apapun harus dirundingkan di atas meja dan wacana yang dapat
diselesaikan, sebagaimana dengan perundingan dan logika di hadapan
kekuatan-kekuatan besar dunia, kita dapat menyelesaikan konflik dan
masalah yang bertahun-tahun sudah ada di tengah-tengah kami dan Barat,
sampai-sampai untuk kemaslahatan kedua belah pihak, kawasan dan dunia.
"Setelah 12 tahun akhirnya kami dapat membuktikan tuduhan-tuduhan yang
diberikan kepada kami dan karena mereka menakut-nakuti para tetangga dan
teman-teman kami, ini adalah hal yang keliru dan Republik Islam Iran
tidaklah berdusta; organisasi PBB energi atom juga mengumumkan
markas-markas tersembunyi untuk pengkayaan uranium tidaklah ada dan
agenda nuklir Iran tidak ditemukan melenceng dari rute militer dan kasus
Iran benar-benar ditutup total.
Doktor Hassan Rouhani mengingatkan, jika masalah-masalah besar dapat
diselesaikan dengan perundingan, jika dapat berunding dengan para
adikuasa dunia, kenapa kita tidak dapat menggunakan model semacam ini
untuk menyelesaikan masalah dan problem kita dan kita duduk di meja
perundingan?
Dia dengan menjelaskan bahwa masa depan negara ada di tangan rakyat
mengungkapkan, tidak ada satupun dari kekuatan asing yang dapat
memutuskan masa depan bangsa.
Doktor Hassan Rouhani menambahkan, jika kita hendak menjawab positif
seruan Rasulullah (Saw), maka para ulama, para pemuka, para cendekiawan
harus meneriakkan persatuan dan mengakhiri kekerasan serta
memperkenalkan Islam kasih sayang dan memperkenalkan sirah Rasulullah
(Saw) kepada masyarakat dunia dan saling bergandengan tangan demi masa
depan dunia Islam.
Dia dengan mengisyaratkan penamaan hari kelahiran Rasulullah (Saw)
sebagai Pekan Persatuan oleh Imam Khomeini (ra) dan afirmasi akan
urgensitas menjaga persatuan oleh Pemimpin Besar Revolusi (Rahbar)
mengatakan, setiap hari dan setiap bulan harus menjadi hari dan bulan
persatuan, jika demikian para musuh akan terjauhkan dari
tujuan-tujuannya dan dapat membentuk satu umat Islam.