Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari berita Anatoli, Hujjatul Islam Sayyid Murtadha Musavi Shahrudi, pemapar konsep persatuan dalam kalender Islam dan rukyah hilal yang berpartisipasi sebagai delegasi Republik Islam Iran dalam kongres tersebut saat wawancara dengan reporter Anatoli menegaskan, banyak pertemuan baik dan bermanfaat. Sebagai langkah pertama ditetapkan bahwa para ulama memiliki satu pandangan terkait pembuatan sebuah kalender syar’i, insya Allah di tahap berikutnya kita akan menyiapkan sebuah kalender untuk dunia Islam. Di tahun mendatang kita harus dapat mengumumkan satu hari secara bersamaan sebagai hari raya Idul Fitri untuk semua kaum muslim dunia, sehingga dengan hal ini, hari raya Idul Adha di Mekah, Madinah al-Munawwaroh dan amalan manasik haji juga akan kita dilakukan dalam satu hari secara bersamaan.
"Setiap para intelektual dan ilmuwan, baik para faqih, ulama, astronom, semuanya menunjukkan kerisauan akan perbedaan kalender. Sebagian para cendekiawan yang hadir dalam kongres merasa jengkel dikarenakan dalam satu negara atau bahkan dalam satu kota terkadang ada dua dua hari, tiga hari dan bahkan empat hari yang berbeda sebagai hari raya. Minoritas muslim yang menetap di Eropa dan Amerika dan semisalnya memmiliki banyak problem, karena mereka harus menjustifikasi selainnya, bahwa pengumuman hari raya Idul Fitri dalam beberapa hari yang berbeda bukan muncul dari perbedaan, dan ini karena pembahasan ilmiah,” tegasnya.
Hujjatul Islam wal Muslimin Sayyid Murtadha Musavi Shahrudi di bagian lain pidatonya juga mengatakan, sebelumnya juga diselenggarakan sebuah konferensi dalam rangka membuat sebuah kalender syar’i, namun dalam konferensi tersebut semata-mata hanya dipaparkan pembahasan-pembahasan ilmiah dan belum diambil natijah praktiknya.
Prioritas pertemuan ini atas selainnya adalah para ulama, cendekiawan dan para astronom diminta supaya mengetengahkan pendapatnya dalam hal ini.
Kongres internasional Satu Kalender Syar’i setelah tiga hari beraktivitas akhirnya mengakhiri kinerjanya 30 Mei, dengan partisipasi sejumlah ulama, cendekiawan, para faqih dan astronom muslim dari 50 negara dunia, di Istanbul Turki.
Dituturkan, kongres internasional tiga hari ini diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan kesepakatan pendapat antar negara-negara Islam tentang penentuan hari pertama bulan suci Ramadhan dan menghilangkan perselisihan hari-hari syar’i, dan berakhir dengan dibacakannya statemen akhir oleh Mehmet Gormez, ketua urusan keagamaan Turki.